Selasa, 17 April 2012

Herakles



Herakles adalah pahlawan besar asli Yunani, dari seorang wanita bernama Alkmene dan ayahnya adalah Zeus, raja para dewa. Alkmene adalah satu-satunya putri Elektryon, raja Mykena, dari sembilan bersaudara. Tubuhnya tinggi tegap dengan wajah elok rupawan, rambutnya tebal dan halus, bulu matanya panjang-lentik dan memiliki sepasang mata yang besar dan indah. Zeus walaupun sudah beristrikan Hera, dewi langit, juga mencintai Alkemene yang menikah dengan manusia biasa Amphytrion, raja Troezen. Saat Amphytrion pergi untuk memimpin pasukannya berperang melawan bangsa Teleboa, Zeus mendatangi Alkmene dengan perwujudan Amphytrion.

"Menang! Kita telah menghancurkan bangsa Teleboa", seru Zeus yang menyamar kepada Alkmene. Tanpa curiga Alkmene memeluk Zeus dan kemudian melewatkan malam bersamanya. Dan inilah malam yang tidak seperti malam-malam biasanya karena terdiri dari tiga malam sekaligus. Supaya bisa terlaksana, Zeus memanggil Hermes, penyampai pesan para dewa, untuk menemui dewa matahari, Helios dengan pesan : sang dewa harus berada di istananya yang cemerlang sepanjang hari, tidak pergi melintasi langit seperti yang biasa dilakukannya setiap hari. Lalu Hermes menemui sang Waktu agar tidak mengeluarkan kuda-kuda bersayap milik Helios dan keretanya yang gemerlap. Walaupun kesal, sang dewa tetap tunduk atas perintah Zeus dan absen menyambangi Bumi.



Tidak cukup sampai di situ, Hermes juga menemui Selene, sang Bulan untuk berada lebih lama di langit malam hari itu. Terakhir, Hermes menemui Hypnos, dewa Kantuk, dengan perintah membuat semua manusia tidur lebih pulas malam itu. Dan tak satupun makhluk di bumi menyadari bahwa tidur semalam itu sebenarnya berlangsung selama tiga hari. Setelah fajar menyingsing di hari keempat, Zeus meninggalkan Alkmene. Alkmene kemudian mengandung dua anak sekaligus : satu dari Amphytrion yang diberi nama Iphikles dan yang lahir lebih awal dari Iphikles, benih dari Zeus sendiri, diberi nama HERAKLES.

Sembilan bulan telah berlalu semenjak Zeus mengunjungi Alkmene. Dan saat ini, saat semua dewa berkumpul di Olympus sambil minum-minum, Zeus mengumumkan kepada semua dewa yang hadir bahwa malam ini yang akan lahir pertama kali dari garis keturunan Perseus adalah anak laki-lakinya, yang akan menjadi pahlawan besar dan seluruh Yunani akan tunduk pada kemauannya. Hera yang turut hadir, terbakar oleh api cemburu karena sekali lagi Zeus memiliki anak dari rahim wanita lain. Dia berbisik kepada Ate, dewi cerdik yang duduk di sampingnya. Lalu Ate bangkit dari duduknya dan menyeru Zeus untuk bersumpah agung bahwa perkataannya ini akan menjadi takdir yang tidak dapat diubah lagi.



"Aku bersumpah demi air suci Styx yang mengalir di Bawah Tanah, bahwa akan terjadi seperti yang kukatakan. Anak yang pertama lahir dari garis Perseus malam ini akan memerintah Yunani dan seluruh Yunani tunduk pada kemauannya" seru Zeus. Hera tersenyum, Zeus terjebak ucapannya sendiri. Karena saat itu di Mykena, Nikipe, istri Stenelus sedang hamil tujuh bulan. Stenelus adalah saudara Elektryon (ayah Alkmene) dan keduanya putra Perseus. Agar rencananya berhasil, Hera menyuruh Eletia, dewi kelahiran bayi, agar mempercepat proses kelahiran Nikipe dan memperpanjang rasa sakit Alkmene.

Akhirnya anak pertama yang lahir dari garis Perseus malam itu adalah putra Stenelus yang bernama Eurystheus, bayi lemah dan penyakitan tetapi mewarisi takhta Mykena, kerajaan yang paling berkuasa di Yunani saat itu. Satu jam kemudian baru lahir Herakles, disusul oleh Iphikles, putra Amphytrion. Zeus pada akhirnya mengetahui taktik licik Hera, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena sudah terlanjur bersumpah. Dengan murka, Zeus melemparkan Ate dari Olympus dan dihukum tinggal di antara manusia. Kata Yunani untuk pengaruh burukpun memiliki arti 'yang berasal dari Ate'. Zeus menyusun rencana untuk membalas perbuatan Hera. Dan inilah rencananya :

Pada suatu malam, Zeus membuat hati Alkmene khawatir kalau-kalau Hera akan mencelakakan Herakles kecil. Untuk melindunginya, Alkmene membawa Herakles keluar dari istana dan meninggalkannya di tempat sepi di bawah dinding kota Thebes, sambil berdoa kepada Athena, dewi kebijaksanaan, agar melindungi anaknya. Sesuai dengan perintah Zeus, Athena mengajak Hera berjalan-jalan di sekitar Thebes dan seolah-olah tanpa sengaja membawanya ke tempat dimana Herakles ditinggalkan.

"Seorang bayi sendirian! Dan begitu rupawan! Aku belum pernah melihat bayi yang begitu tampan dan sesehat ini!", seru Hera begitu melihat Herakles. Athena melirik Hera sambil tersenyum, "Sudah berapa lama ia ditinggalkan disini? Kelihatannya ia sangat haus. Kau punya air susu, bukan? Susuilah ia barang sebentar saja."

Dengan senang hati Hera menyusuinya, tetapi Herakles menyusu dengan begitu hebat sehingga Hera kesakitan. Dengan sentakan keras Hera melepaskan diri dari Herakles dan air susu Hera memancar ke langit malam, membentuk gugus Bima Sakti (milky way-english). Alih-alih Hera membunuhnya, sang Dewi malah membuat Herakles menjadi bertambah kuat dan tidak terkalahkan. Saat itu pula, derap langkah menghampiri mereka. Athena buru-buru menggamit lengan Hera untuk bersembunyi. Ternyata Alkmene lah yang datang untuk mengambil kembali Herakles. Di bawah cahaya bulan, wajah Alkmene yang jelita terlihat makin rupawan melebihi kecantikan seorang dewi dan membuat Hera semakin cemburu...

Herakles pertama kali menikah (tepatnya dinikahkan) dengan Megara, putri Kreon, Raja Thebes sebagai ucapan terima kasih karena telah membebaskan kota Thebes dari serangan negeri tetangga, Orkhomenus. Tak hanya itu, Raja Kreon juga memberikan separuh kerajaan Thebes untuk Herakles. Sedangkan Iphikles dinikahkan dengan adik Megara. Semua dewa Olympus hadir dalam pesta pernikahan Herakles dan Megara yang berlangsung meriah, kecuali, tentu saja, Hera. Megara melahirkan tiga orang anak dan mereka hidup bahagia. Selamanya? Tidak, karena Hera yang dengki merencanakan untuk mencelakakannya.



Suatu hari, ketika Herakles sedang melihat anak-anaknya yang sedang bermain, Ate, dewi tipu muslihat, diam-diam merangkak di belakangnya. Ia melemparkan kerudung yang tak terlihat ke mata Herakles. Tiba-tiba pandangan Herakles menjadi gelap dan ketiga anaknya tampak seperti tiga ekor naga mengerikan yang siap menyerang. Herakles bagai kesetanan melemparkan meja, kursi, apa saja yang bisa diraihnya dan menyerang membabi buta. Dalam kegilaaan sesaat itu, ia membunuh anak-anaknya sendiri dan menghancurkan istana Kreon. Ketika istana Kreon tinggal puing-puing, Ate membuka kerudung yang menutupi mata Herakles. Herakles baru tersadar melihat anak-anaknya yang sudah terbaring kaku. Kreon yang murka mengusir Herakles dari Thebes dan Megara tidak mau menemuinya lagi (Dalam beberapa mitos dikisahkan Herakles juga membunuh Megara).



Dalam kesedihan yang mendalam, Herakles mengasingkan diri dan mengembara sampai negeri Tespia yang diperintah oleh Raja Tespius. Berhari-hari kemudian datanglah utusan dari Mykena membawa berita bahwa Raja Stenelus telah mangkat dan digantikan oleh putranya, Eurystheus. Sekaligus membawa pesan untuk Herakles : sang pahlawan diharuskan mengabdi dan menunaikan 12 tugas berat yang akan mengagungkan nama Eurystheus dan kerajaan Mykena. Demikian titah Eurystheus, putra Stenelus, keturunan Zeus dari garis Perseus. Dalam kebingungan, Herakles pergi bertanya kepada orakel (tempat menanyakan ramalan) di Delphi. Jawaban orakel adalah : ia harus pergi ke Mykena dan mengabdi kepada Eurystheus yang akan memberinya 12 tugas besar, dan setelah semua tugas selesai, dewa-dewa akan mengampuni perbuatan keji Herakles terhadap anak-anaknya. Herakles akhirnya membulatkan diri dan pergi ke Mykena untuk melakukan 12 tugas besar tersebut.



Setelah melewati 12 tahun masa-masa sulit pengabdian kepada Raja Eurystheus, Herakles dibebaskan lalu pergi menuju Kalydon di Aetolia untuk melamar putri Raja Oineus, Deianira yang cantik jelita. Karena begitu banyaknya pemuda yang ingin melamar Deianira, Oeneus mengadakan pertandingan gulat dan pemenangnya akan menikah dengan Deianira. Salah satu pelamar yang datang adalah Ankhelous, dewa sungai, lawan mengerikan yang tak terkalahkan. Saat bertarung, ia bisa mengubah dirinya menjadi ular, lalu menjadi lembu jantan, kemudian menjadi manusia kembali. Tapi biasanya, ia muncul dalam wujud gabungan dari ketiganya, bertubuh ular besar, berlengan dan berkepala manusia dan memiliki tanduk. Dari janggutnya mengalir buih-buih air sebagai tanda ia adalah dewa sungai. Deianira pun lebih baik mati daripada harus menikah dengannya.



Semua pelamar mundur karena tahu takkan mungkin bisa menang melawan makhluk semacam itu, kecuali satu orang. Ya, dialah Herakles, sang pahlawan, yang memutuskan bertanding dengannya. Ankhelous bertarung dengan ganas, ia mengubah dirinya menjadi ular lalu lembu jantan. Tapi Herakles juga tak mudah dikalahkan. Ia membanting sang dewa sungai ke tanah dan mematahkan sebelah tanduknya. Ankhelous menjerit kesakitan dan mengaku kalah.

Herakles akhirnya menikahi Deianira dan hendak membawa istrinya tinggal di Trakhis. Disana memerintah Raja Keix, sahabat Herakles. Istrinya, Alkyone bisa menemani Deianira saat Herakles bepergian. Dalam perjalanan ke Trakhis, mereka harus menyeberangi sungai Evenus. Tiba-tiba muncul kentaurus (makhluk bertubuh setengah manusia-setengah kuda) bernama Nessus yang mau membantu menyeberangkan demi sejumlah uang. Herakles menaikkan Deianira ke punggung Nessus dan ia sendiri berenang menuju tepian.



Sampai di seberang, ternyata Nessus yang licik tidak menurunkan Deianira, malah berusaha melarikan istri Herakles yang sangat cantik itu. Herakles dengan cepat membidikkan anak panahnya yang beracun dan tepat mengenai tubuh si kentaur. Sebelum mati, Nessus yang ingin membalas dendam pada Herakles, berpesan pada Deianira : 'Apabila suatu saat nanti kamu khawatir Herakles akan meninggalkanmu demi wanita lain, saat malam purnama datang, percikkanlah darahku ke baju yang akan dipakai Herakles. Darah kentaurus sangat berkhasiat dan Herakles pasti akan kembali padamu.' Tanpa bertanya, Deianira mengambil botol untuk menampung darah Nessus dan menyimpannya tanpa sepengetahuan Herakles. Herakles dan Deianira akhirnya sampai di Trakhis dan mereka dikaruniai empat orang anak. Salah satunya, yang tertua, bernama Hilus.

Anak-anak Bunda Bumi, para raksasa telah menantang dewa-dewa Olympus. Raksasa ini makhluk yang sangat mengerikan, berambut gimbal, kusut-masai dan kaki mereka berbentuk ular besar. Kekuatannya melebihi para dewa dan jumlahnya 10 kali lipat lebih banyak. Apalagi konon mereka kebal terhadap senjata para dewa. Mereka ingin menyingkirkan dewa-dewa dari Olympus dan menggantikan posisinya sebagai penguasa dunia. Saat itulah, dewi Athena, dewi perang dan kebijaksanaan, yang telah banyak membantu Herakles, meminta bantuan pada sang pahlawan. Athena yakin, hanya Herakles satu-satunya yang bisa menyelamatkan para dewa karena walaupun para raksasa itu tidak mempan dilukai senjata para dewa, mereka bisa mati kalau terkena senjata manusia.



Akhirnya perang besar tak terelakkan lagi. Raksasa-raksasa ini menyerbu ke Olympus, menimbun batu-batu besar setinggi gunung dan memporak-porandakan istana para dewa. Zeus dengan hujan halilintarnya memaksa mereka mundur ke Khalkidike di utara, tanah air bangsa raksasa. Namun, pertempuran sengit masih terus berlangsung. Halilintar Zeus menyambar-nyambar di antara langit dan bumi, bunyi gemuruh tak henti-hentinya terdengar dan langit menyala-nyala sepanjang malam dan siang. Dewa-dewa terus bertempur, tapi tak ada tanda-tanda akan berakhir. Di saat-saat genting, putra Zeus yang perkasa terjun ke medan perang. Anak-anak panah Herakles yang beracun melesat ke angkasa dan mebunuh para raksasa. Tujuh raksasa mengejar Aphrodite, dewi kecantikan, tapi Herakles membunuh mereka satu per satu. Para dewa segera bangkit menyerang dan sejak itu raksasa tidak kebal lagi. Raksasa Pallas mati terkena lembing panjang Athena. Hephaistos, dewa pekerja keras, membunuh Klitius dengan tongkat apinya. Dionysos, dewa panen anggur, membunuh Eritus dan empat raksasa dibunuh oleh Hermes, Artemis dan dewi-dewi Takdir. Ares, dewa perang, mundur saat menghadapi Ephialtes, tapi Apollo melukai raksasa itu dan Herakles maju untuk membunuhnya.

Raksasa yang lain, Porphyrion, kini mengejar Hera. Dan Herakles tanpa ragu-ragu menolong sang dewi yang sangat membencinya setengah mati. Dengan anak panah beracun, ia membidik Porphyrion sampai mati. Hera yang terkejut, melirik Herakles dengan malu. Ia tidak bisa memahami sikap mulia sang pahlawan. Andai rencana Hera untuk melenyapkan Herakles berhasil, entah apa yang akan terjadi pada dirinya saat ini. Tiba-tiba sepuluh raksasa menyerang Herakles sekaligus, tapi sang pahlawan tidak gentar. Satu per satu anak panahnya merobohkan mereka semua. Pertempuran sudah mendekati akhir. Tinggal dua raksasa yang tersisa dan mereka melarikan diri. Polybutes dikejar oleh Poseidon, dewa laut, hingga ke pulau Kos. Poseidon membelah gunung di pulau itu dan menimpakannya ke kepala raksasa. Maka pulau kecil Nisiros pun lahir.

Athena memburu Enkeladus, raksasa yang paling ganas, ke seluruh Yunani sampai menyeberang ke Sisilia, dan menimbun pulau itu ke tubuh si raksasa. Tapi Enkeladus tidak mati. Sampai saat ini ia kadang menggeliat dan menggeletar, menimbulkan gempa bumi yang membawa kehancuran. Itulah akibat pertempuran antara para dewa dan raksasa. Dan inilah prestasi tertinggi sang pahlawan sekaligus tindakan yang paling mulia di mata para dewa dan manusia. Dan sejak saat itu Hera tidak pernah mengganggu kehidupan Herakles lagi.

Raja Eritus mempunyai empat anak laki-laki dan seorang anak perempuan, Iole. Tetapi sejak istrinya meninggal ia tidak ingin anak gadisnya menikah dan tetap bersamanya hingga tua nanti. Dan ketika Herakles menemuinya, ia mengajukan syarat yang tidak akan mungkin bisa dilakukan oleh para peminang putrinya, yaitu mengalahkannya dalam perlombaan memanah. Eritus diajar memanah oleh Dewa Apollo, yang anak panahnya tak pernah luput dari sasaran, sehingga ia begitu sesumbar takkan ada yang akan pernah mengalahkannya. Tetapi Herakles mengalahkannya, dan juga keempat putranya. Marah dan kecewa atas kekalahannya, Eritus mengingkari janji untuk menyerahkan putrinya. Ia menghina Herakles dan mengusirnya pergi. Herakles memilih pergi tapi ia tak akan melupakan penghinaan Eritus dan bersumpah demi Zeus suatu hari nanti akan membalasnya.

Beberapa waktu kemudian, Herakles memimpin ekspedisi untuk menyerang Oekalia bersama pemuda-pemuda yang gagah berani. Oekhalia ditaklukkan, dan Eritus, si pembatal sumpah, tewas terbunuh bersama keempat putranya. Kemudian Herakles mengirim beberapa tawanan pulang ke Trakhis untuk menemui Deianira, dipimpin Likhas orang kepercayaannya. Deianira melihat di antara mereka, ada seorang wanita cantik, muda dan menggairahkan, yang bersikap dan berpakaian bak putri raja. Ia bertanya kepada Likhas, siapa wanita itu, tapi Likhas menggeleng tidak tahu. Dari tawanan lainnya, akhirnya diketahui wanita itu adalah Iole, putri Eritus. Dan tiba-tiba kecemburuan menyergap hati Deianira yang takut Herakles akan menikahi Iole yang lebih muda dan cantik. Tidak ada satupun mitos yang mengisahkan Herakles masih mencintai Iole atau tidak. Entah kecurigaan Deianira benar atau salah. Karena begitu dipujanya sang pahlawan, hingga tak seorang pun mau mengungkapkan kesalahan kecil yang mungkin dilakukannya.

Tapi rasa cemburu adalah penasihat yang buruk, dan Deianira langsung teringat pada darah Nessus Kentaurus yang konon berkhasiat untuk memepertahankan cinta sang suami. Di malam bulan purnama yang bersinar penuh, Deianira memerciki baju yang dibuatnya untuk Herakles dengan darah Nessus. O, wanita malang, tidakkah engkau tahu darah itu bercampur racun dari anak panah Herakles, yang sebelumnya telah dibasuh dengan darah hydra, bisa ular yang paling mematikan tidak hanya di seluruh Yunani, bahkan di seluruh dunia? Setelah selesai, Deianira memasukkan baju itu ke dalam peti dan menyuruh Likhas untuk menemui Herakles dan berpesan : 'Di dalam peti ini terdapat baju yang kutenun dengan tanganku sendiri. Katakan padanya agar segera mengenakan baju ini bila ingin melakukan persembahan untuk Zeus.' Likhas segera berangkat menemui Herakles.

Keesokan harinya, Deianira melihat pemandangan yang hampir membuatnya gila. Di halaman, di tempat ia memerciki darah Nessus ke baju Herakles, bebatuan dan rerumputan berubah warna menjadi kebiruan. Dan saat sinar matahari menyentuhnya, darah yang bertetesan di atasnya mulai mendidih dan menggelegak. Saat itu ia baru menyadari, Nessus ternyata ingin membunuh Herakles! Langsung ia berlari memanggil Hilus, putra sulungnya, "Segera lari ke Oekhalia, dan jangan berhenti sedetik pun! Jangan sampai ayahmu memakai baju yang kukirimkan, karena baju itu beracun!" Hilus yang terkejut langsung berlari secepat angin ke Oekhalia. Di saat yang sama, di Oekhalia, Herakles sedang bersiap-siap melakukan persembahan untuk Zeus pagi-pagi sekali. Ia dengan sukacita memandang baju yang dikirimkan istri tercintanya dan mengenakannya dengan penuh rasa bangga. Baju yang ditenun dengan tangan-tangan istrinya sendiri. Saat matahari perlahan naik, racun yang berada dalam baju itu mulai menghangat...

"Lepaskan baju itu ayah! Baju itu beracun!", seseorang tiba-tiba berteriak. Itu suara Hilus, dan ia langsung pingsan karena kelelahan. Herakles tersadar, tapi sudah terlambat! Ia mencoba merobek bajunya, tapi sia-sia. Baju itu telah melekat ke kulitnya, dan rasa sakit yang ditimbulkan darah Nessus sangat dahsyat. Begitu mengerikan racun dari bisa hydra yang telah meresap itu, hingga sang pahlawan menjerit-jerit dan bergulingan di atas tanah sambil merobek-robek kulitnya sendiri. Permintaannya untuk pulang ke Trakhis, agar Deianira melihat hasil perbuatannya sendiri, segera dipenuhi. Sesampainya di sana, Hilus mencari ibunya dan menceritakan apa yang dilihatnya. Deianira menjerit menyayat hati dan masuk kembali ke dalam kamar. Air matanya tak henti-hentinya mengalir, dan tiba-tiba tangisannya terhenti. Hilus yang bergegas masuk, menemui ibunya telah tewas bersimbah darah. Deianira bunuh diri dengan rasa penyesalan yang mendalam.

Di saat-saat terakhir, Herakles meminta untuk disemayamkan di puncak Gunung Oeta. Ia juga berpesan kepada Hilus untuk merawat adik-adiknya dan bila ia dewasa kelak, untuk menikahi Iole. Di puncak Gunung Oeta, Herakles memerintahkan agar tubuhnya segera dibakar. Tapi tak seorang pun yang tega untuk melakukannya. Siapa yang sanggup membakar sang pahlawan agung itu hidup-hidup, walaupun bisa membebaskannya dari rasa sakit yang amat sangat? Akhirnya maju seorang pemanah ulung, Philoktetes, yang iba pada penderitaan Herakles, dan bersedia menyalakan api untuknya. Perlahan-lahan api mulai melahap kayu dimana tubuh Herakles dibaringkan...

Sampai disinikah akhir kisah dari Herakles, pahlawan besar Yunani? Belum, paling tidak menurut mitologi inilah akhir kisah yang sebenarnya...Tepat sebelum nyala api menyentuh tubuh sang pahlawan, tiba-tiba langit terbelah oleh sambaran halilintar Zeus dan seluruh alam menjadi terang-benderang. Dari langit meluncur sebuah kereta yang ditarik empat ekor kuda bersayap yang dikendarai oleh Athena dan Hermes. Peri-peri hutan yang turut serta, membawa kendi berisi air untuk memadamkan api.



Athena dan Hermes mengangkat Herakles berdiri, menyembuhkannya dari racun, dan menempatkannya di kereta. Dalam sekejap mata, kuda-kuda itu mengepakkan sayap mereka dan kembali meluncur ke angkasa membawa Herakles menuju istana dewa-dewa yang berkilauan. Disana Herakles disambut oleh semua dewa, termasuk Zeus dan Hera. Hera berdamai dengan Herakles dan memanggil putrinya, Hebe (baca : Ivi) untuk menyajikan nektar (makanan abadi para dewa) bagi dewa baru itu. Herakles akhirnya menikah dengan Hebe dan hidup bahagia di Olympus selamanya.

Prayudi~Greek mythology reteller
http://achilles79.multiply.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar