Rabu, 30 Juni 2010

Sutra Maha Karuna Dharani komplit

Maha Karuna Dharani Sutra

Maha Karunikacitta Dharani Sutra

Nilakantha Dharani Sutra


(Nama lengkap Sutra ini:)

Sutra tentang Dharani Kasih Sayang dari Hati Suci yang Maha Agung, nan Luas, Sempurna, Tak Terbatas dari Bodhisattva Avalokitesvara Tangan Seribu dan Seribu Mata


(Thousand-Handed and Thousand-Eyed Avalokitesvara Bodhisattva's Vast, Perfect, Unimpeded, Great-Compassionate Heart Dharani Sutra)


(Tsin Sau Tsin Ngarn Gwun Syde Yarm Poe Sard Gworng Dhye Yiun Moon Moe Ngoy Dhye Bey Sum Tor Lor Ney Ging)


(Qian Shou Qian Yan Guan Shi Yin Pu Sa Guang Da Yuan Man Wu Ai Da Bei Xin Tuo Luo Ni Jing)


(Tripitaka No. 1060)


(* Bodhisattva Avalokitesvara juga dikenal dengan nama: Kwan Shi Yin Pu Sha atau Kwan Im Pu Sha.)

Sutra ini diterjemahkan pada jaman Kerajaan Tang oleh Shramana Bhagavat-Dharma dari India Barat.

Sutra ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris oleh Silfong Tsun.



Demikian yang telah Ku dengar, suatu ketika Sang Buddha Sakyamuni Tathagataya berada di gunung Potalaka, di istana berhiasan beragam permata, kediaman Bodhisattva Avalokitesvara, Beliau duduk bersila di atas mahkota kebesaran singgasana berhiasan beragam batu permata. Ratusan kibaran bendera warna-warni yang sangat berharga terpasang menghiasi sekelilingnya.

Saat itu, Sang Tathagata, di atas mahkota singgasananya, bermaksud memberi ajaran Dharma tentang Mantra yang tak terlupakan, Beliau dikelilingi oleh tak terhingga banyaknya Bodhisattva-Mahasattva, mereka adalah: Bodhisattva Dharani-Raja, Bodhisattva Ratna-Raja, Bodhisattva Bhaisajya-Raja, Bodhisattva Bhaisajya-Samudgate, Bodhisattva Avalokitesvara, Bodhisattva Mahastamaprata, Bodhisattva Avatamsaka, Bodhisattva Great-Sublime, Bodhisattva Precious-Deposit, Bodhisattva Virtue-Store, Bodhisattva Vajragarbha, Bodhisattva Akasagarbha, Bodhisattva Maitreya, Bodhisattva Samantabhadra, Bodhisattva Manjushri dan Bodhisattva-Mahasattva yang lainnya. Semuanya adalah para Pangeran Agung Dharma yang telah di-Abhiseka.

Sang Buddha juga dikelilingi oleh tak terhingga banyaknya Arahat yang telah mencapai kesepuluh tingkatan Arahat, dipimpin oleh Arya Maha-Kasyapa.

Beliau juga ditemani oleh tak terhingga banyaknya para Dewa Surga Brahma, dipimpin oleh Brahma Sinza;

Beliau juga ditemani oleh tak terhingga banyaknya para Dewa Surga Kamaloka, dipimpin oleh Dewa Gopaka;

Beliau juga ditemani oleh tak terhingga banyaknya para Dewa Surga Caturmaharajaloka, dipimpin oleh Dewa Dhritarastra;

Beliau juga ditemani oleh tak terhingga banyaknya para Dewa, Naga, Yaksha, Gandharva, Asura, Garuda, Kimnara, Mahoraga, Manusia, Amanusya, dipimpin oleh Maharaja Naga Agung nan Mulianya Surgawi;

Beliau juga ditemani oleh tak terhingga banyaknya para Dewi dari Surga Kamaloka, dipimpin oleh Dewi Mata Kesucian;

Beliau juga ditemani oleh tak terhingga banyaknya para Dewa Surga Sunyata, Dewa sungai dan lautan, Dewa sumber mata air, Dewa danau, Dewa obat-obatan, Dewa hutan, Dewa tempat kediaman, Dewa api, Dewa bumi, Dewa angin, Dewa tanah, Dewa pegunungan, Dewa batu-batuan, Dewa istana, dan para Dewa yang lainya.

Semuanya datang dan berkumpul bersama dalam Persamuan Agung ini.

Pada saat itu dalam Persamuan Agung, Bodhisattva Avalokitesvara secara diam-diam memancarkan Cahaya Agungnya, sehingga seluruh dunia di sepuluh penjuru, bersamaan dengan sistem dunia tiga-ribu-maha-ribu alam semesta ini, semuanya bersinar berkilauan keemasan. Istana-istana surgawi, istana-istana para Naga, dan istana-istana para Dewata semua bergetar. Sungai-sungai, lautan, gunung-gunung cincin-besi (Cakravada-parvata), gunung-gunung Sumeru, gunung-gunung bumi, dan gunung-gunung kegelapan juga ikut bergetar. Cahaya berbagai matahari, berbagai bulan, berbagai mutiara, api, dan perbintangan semuanya menjadi lenyap.

Menyadari kejadian yang sangat langka ini, Bodhisattva Dharani-Raja menjadi sangat tertegun bercampur kagum, sehingga Beliau bangkit dari tempat duduknya, bersikap anjali (merangkap kedua tangan) dan bertanya kepada Sang Buddha dengan lanunan syairnya;


“Siapakah yang telah mencapai tingkat ke-Buddhaan saat ini,

Memancarkan Sinar Suci terang benderang ke segala penjuru?

Seluruh dunia di sepuluh penjuru berkilauan keemasan,

Demikian pula dengan sistem Tiga-ribu-maha-ribu dunia alam semesta ini.

Siapakah yang telah mencapai kebebasan sempurna saat ini,

Menunjukkan Kekuatan Suci nan langka?

Tak terhingga dunia Tanah Suci Buddha semua bergetar,

Demikan pula dengan istana-istana para Naga dan Dewata.

Saat ini semua persamuan ikut bertanya,

Tak tahu, siapakah yang memiliki kekuatan ini.

Apakah Beliau Sang Buddha, Sang Bodhisattva, atau Arya Arahat,

Atau Dewa Brahma, Dewa Mara, para Dewa Surgawi, ataukah Dewa Sakra Sang Raja Langit?

Kami memohon kepada Bhagavate, welas asihNya,

Untuk memberitahu kami asal dari Kekuatan Suci nan Agung ini.”


Sang Buddha kemudian berkata kepada Bodhisattva Dharani-Raja; “Orang budiman, engkau semua seharusnya tahu bahwa di persamuan ini ada seorang Bodhisattva-Mahasattva yang bernama Avalokitesvara, makhluk agung yang tak ada batasnya. Beliau telah mencapai tingkatan welas asih dan kasih sayang yang agung nan sempurna sejak dulu, tak terhitung banyaknya Kalpa-Kalpa sebelumnya, dan telah sempurna mencapai ajaran tak terbatas dari Pintu-Pintu Dharma berdasarkan kemantraan. Untuk memberikan kedamaian dan kebahagian kepada semua makhluk, Beliau memancarkan kekuatan sinar agungnya.”

Setelah Sang Buddha selesai berkata demikian, Bodhisattva Avalokitesvara bangkit dari tempat duduknya, merapikan jubahnya dan bersikap anjali kepada Sang Buddha sambil berkata:

“Bhagavate, saya memiliki sebuah mantra yang berasal dari Dharani Kasih Sayang dari Hati Suci yang Maha Agung dan ingin segera memberitahukannya, untuk memberikan ketenangan dan kebahagiaan kepada semua makhluk; untuk menyembuhkan semua penyakit; untuk memberikan usia yang panjang; untuk menggapai kekayaan; untuk menghapuskan semua karma buruk dan dosa-dosa berat; untuk menghindari bahaya dan malapetaka; untuk menghasilkan pahala dari ajaran Dharma; untuk menyempurnakan akar kebajikan dan kemuliaan; untuk melenyapkan rasa takut; untuk mencapai semua keinginan yang baik. Bhagavate, mohon berikan welas asih anda, ijinkan saya untuk berucap.”

Sang Buddha berkata: ”Orang budiman, engkau memiliki welas asih dan kasih sayang yang sempurna, untuk memberikan kedamaian dan kebahagiaan kepada semua makhluk, engkau ingin mengulas Mantra yang Agung ini, saat ini adalah waktu yang tepat, silahkan membeberkannya, Tathagata sangat berbahagia dan menyetujuinya, demikian pula dengan semua Para Buddha.”

Bodhisattva Avalokitesvara kemudian berkata kepada Sang Buddha; ”Bhagavate, saya ingat ketika dulu, sejak tak terbayangnya jutaan kalpa-kalpa yang lampau, Seorang Buddha, yang bernama Raja Ribuan Sinar Tak Bergeming Tathagataya, telah muncul di dunia. Berkat welas asih dan kesadaran agungnya terhadap saya dan seluruh makhluk, Sang Buddha, Tathagataya mengucapkan Mantra yang sangat luas, sempurna, tak terbatas, Mantra Mahakaruna ini, kemudian mengusap kepalaku dengan tangan emasnya dan berkata: ’Orang budiman, engkau harus selalu ingat Mantra Agung ini, agar dapat memberikan manfaat dan kebahagiaan sempurna kepada semua makhluk pada jaman kejahatan masa mendatang.’. Saat itu saya masih berada pada tingkatan Bhumi pertama (tingkatan Bodhisattva bejumlah 10 tingkatan), setelah mendengar mantra tersebut, saya melampaui tingkatan Bhumi kedelapan. Saya sangat berbahagia, kemudian saya bertekad: ’Jika saya dapat memberikan manfaat dan kebahagiaan kepada seluruh makhluk di masa mendatang, biarlah saya mendapatkan seribu tangan dan seribu mata di badanku.’. Setelah mengucapkan tekadku, saya mendapatkan sepenuhnya seribu tangan dan seribu mata di tubuhku, kemudian dataran di dunia sepuluh penjuru bergetar secara enam cara, ribuan Para Buddha dari sepuluh penjuru memancarkan sinarnya ke tubuhku dan menyinari dunia-dunia tak terbatas dari sepuluh penjuru. Sejak itu, dari Para Buddha dan Persamuan Agungnya, saya selalu mendengar, menerima dan mengingat selalu Mantra Agung ini, dan kegembiraan selalu terulang kembali dari hati yang paling dalam, membuatku sangat bahagia. Sehingga, saya bisa melampaui tak terhitung jutaan kalpa rantai kelahiran dan kematian. Sejak itu pula, saya selalu mengingat dan melafalnya, dan tidak pernah melupakannya. Karena selalu mengingatnya, saya selalu terlahirkan secara spontan dari bunga-bunga Teratai Suci di hadapan Para Buddha, dan tidak pernah lahir sekalipun dari kandungan. ”

“Jika ada dari para Bikshu, Bikshuni, Upasaka, Upasika, para remaja suci yang ingin melafal dan mengingat mantra ini, pertama-tama harus membangkitkan Hati Suci (Bodhicitta) yang berdasarkan kasih sayang agung, dan kemudian mengikuti saya melafalkan tekad-tekad bodhisattva ini (paramita):


Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma;

Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya memperoleh Mata Kebijaksanaan;

Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya dapat menyeberangkan semua makhluk ke pantai seberang (membebaskan semua makhluk dari penderitaan);

Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya memperoleh berbagai kebijakan untuk menyadarkan beragam makhluk;

Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya berada dalam perahu Prajna (kebijaksanaan agung);

Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya menyeberangi lautan kesengsaraan;

Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna (disiplin berdasarkan peraturan Buddhis, kesadaran murni dan kebijaksanaan murni);

Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mencapai puncak Nirvana;

Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya berada dalam kediaman tanpa perbuatan (suatu keadaan tanpa pikiran-pikiran salah);

Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya bersatu dengan Tubuh Agung Dharma (Dharma-Kaya);


Jika saya tiba di gunung pedang dan golok (amarah dan peperangan), dengan sendirinya gunung pedang dan golok tersebut pecah dan hancur;

Jika saya tiba di minyak mendidih (bencana dan malapetaka), dengan sendirinya minyak mendidih tersebut kering;

Jika saya tiba di neraka, dengan sendirinya neraka tersebut lenyap;

Jika saya tiba di alam preta (makhluk halus kelaparan), dengan sendirinya mereka menjadi kenyang;

Jika saya tiba di negeri asura (mahluk besar setengah dewa, suka berperang), dengan sendirinya pikiran jahat mereka padam;

Jika saya tiba di dunia binatang, dengan sendirinya mereka menyadari kebijaksanaan agung.”


“Setelah mengucapkan tekad murni tersebut, sebutkan namaku (Namo Kwan Im Pu Sha) dengan keyakinan dan hati yang murni, juga sebutkan nama guruku – Buddha Amitabha Tathagataya (Namo Omitofo) juga dengan keyakinan dan hati yang murni, kemudian lafalkan mantra ini 5 kali atau lebih seharinya, untuk melenyapkan dosa-dosa berat dari proses kelahiran dan kematian yang terkumpul sejak ratusan-ribuan-jutaan kalpa-kalpa yang lampau.”

Bodhisattva Avalokitesvara kemudian berkata kepada Sang Buddha: “Bhagavate, jika ada para manusia atau para dewa yang dapat melafal dan mengingat mantra dari Mahakaruna Dharani ini, ketika menjelang kematian, semua Para Buddha dari sepuluh penjuru akan datang dengan tangan terbuka, mereka akan terlahirkan di Tanah Suci Buddha manapun yang mereka inginkan.”

Bodhisattva Avalokitesvara juga berkata kepada Sang Buddha: “Bhagavate, jika ada siapa saja yang mampu melafal dan mengingat Mantra Agung dari Mahakaruna Dharani ini, terjatuh ke 3 alam penderitaan (alam binatang, alam preta dan alam neraka), maka aku bertekad untuk tidak mencapai ke-Buddhaan (Samyak-Sambodhi).

Jika ada siapa saja yang mampu melafal dan mengingat Mantra Agung dari Mahakaruna Dharani, tidak dapat terlahirkan di Tanah Suci Buddha manapun, maka aku bertekad untuk tidak mencapai ke-Buddhaan.

Jika ada siapa saja yang mampu melafal dan mengingat Mantra Agung dari Mahakaruna Dharani, tidak bisa mencapai berbagai Samadhi yang tak terbatas dan tidak dapat mencapai kebijaksanaan, maka aku bertekad untuk tidak mencapai ke-Buddhaan.

Jika ada siapa saja yang mampu melafal dan mengingat Mantra Agung dari Mahakaruna Dharani, tidak bisa mencapai apa saja yang dikehendakinya dalam masa kehidupannya, maka mantra ini tidak bisa dinamakan Dharani Kasih Sayang dari Hati Suci yang Maha Agung, kecuali kalau digunakan oleh siapa saja yang tidak budiman atau oleh siapa saja yang tidak sepenuhnya yakin.

Jika ada seorang wanita yang tidak menyukai tubuhnya dan menghendaki tubuh lelaki, jika mampu melafal Mantra Agung dari Mahakaruna Dharani tetapi tidak dapat merubah tubuh wanitanya menjadi tubuh lelaki, maka aku bertekad untuk tidak mencapai ke-Buddhaan. Tetapi, jika ada sedikit saja keragu-raguan, maka keinginannya tak mungkin tercapai.

Jika ada siapa saja yang mengambil tanpa ijin makanan, minuman, ataupun barang-barang milik para Sangha (para Bikshu atau Bikshuni), walaupun seribu Para Buddha muncul di dunia, dia tidak mau minta pengampunan dan berubah. Walaupun jika ia minta pengampunan, dosa-dosanya tidak dapat diampuni. Tetapi saat ini, jika mampu melafal berulang kali Mantra Agung dari Mahakaruna Dharani, maka dosa-dosanya akan dapat lenyap. Barang siapa yang mengambil atau menggunakan tanpa ijin, minuman, makanan atau barang-barang milik para Sangha, maka ia harus minta pengampunan kepada Para Tathagata dari sepuluh penjuru untuk melenyapkan dosa-dosanya. Dan, ketika melafalkan berulang kali Mantra Agung Mahakaruna Dharani ini, Para Tathagata dari sepuluh penjuru akan datang dan menjadi saksi, maka seluruh dosa-dosa berat dan segala rintangan akan dapat lenyap.

Semua karma-karma buruk dan dosa-dosa berat, seperti sepuluh perbuatan jahat (membunuh, mencuri, selingkuh, berbohong, berkata kasar, memfitnah, bermuka dua, tamak, amarah, dan pikiran tidak benar), lima perbuatan dosa tak terampuni (membunuh ibu, membunuh ayah, membunuh Arahat, melukai Sang Buddha, membubarkan Sangha), mencaci-maki orang lain, mencaci-maki ajaran Dharma, melanggar Atha-Sila, melanggar Sila yang lainnya, menghancurkan Stupa, menghancurkan Vihara, mencuri barang milik Sangha, dan tidak menghormati perbuatan Suci-Brahma, semua dosa-dosa itu akan dapat lenyap dengan melafal Mantra Agung Mahakaruna Dharani, kecuali jika orang tersebut tidak yakin dengan mantra ini, maka dosa kecil dan karma buruk kecil sekalipun tidak dapat lenyap, apalagi dosa-dosa berat yang lainnya. Tetapi walaupun dosa-dosa berat tidak segera lenyap, pelafalan berulang akan menjadi bibit Hati Suci di masa mendatang.”

Bodhisattva Avalokitesvara kemudian berkata kepada Sang Buddha: “Para manusia dan para dewa yang mampu melafal dan mengingat Mantra Agung dari Mahakaruna Dharani akan mendapatkan Lima belas kehidupan yang baik dan tidak akan mendapatkan Lima belas kematian buruk. Lima belas kematian buruk adalah:

1. Mereka tidak akan meninggal akibat kelaparan dan kemiskinan;

2. Mereka tidak akan meninggal akibat hasil pemukulan, dipenjarakan, atau siksaan lainnya;

3. Mereka tidak akan meninggal di tangan musuh yang kejam;

4. Mereka tidak akan meninggal dalam pertempuran;

5. Mereka tidak akan meninggal akibat serangan harimau, serigala atau binatang ganas lainnya;

6. Mereka tidak akan meninggal akibat racun dari ular, kalajengking atau binatang beracun lainnya;

7. Mereka tidak akan meninggal akibat tenggelam atau terbakar;

8. Mereka tidak akan meninggal akibat diracuni;

9. Mereka tidak akan meninggal akibat sengatan serangga;

10. Mereka tidak akan meninggal akibat sakit kejiwaan;

11. Mereka tidak akan meninggal akibat tanah longsor atau tertimpa pepohonan;

12. Mereka tidak akan meninggal akibat mimpi buruk yang dikirim oleh orang/makhluk jahat;

13. Mereka tidak akan meninggal akibat makhluk-makhluk halus atau dewa jahat;

14. Mereka tidak akan meninggal akibat penyakit ganas di sekujur tubuh mereka;

15. Mereka tidak akan meninggal akibat bunuh diri.

Mereka yang mampu melafal dan mengingat Mantra Agung dari Mahakaruna Dharani tidak akan mengalami Lima belas kematian buruk dan akan mendapatkan Lima belas kehidupan yang baik seperti:

1. Di negeri tempat kelahiran mereka akan selalu mendapati pemimpin yang baik;

2. Mereka akan selalu terlahirkan di negeri yang baik;

3. Mereka akan selalu terlahirkan pada saat yang baik;

4. Mereka akan selalu bertemu dengan kawan-kawan yang baik dan budiman;

5. Organ tubuh dan panca indera mereka selalu sempurna;

6. Hati Suci mereka akan tumbuh dan berkembang sempurna;

7. Mereka tidak akan melanggar hukum;

8. Seluruh keluarga mereka akan selalu baik dan harmonis;

9. Mereka akan selalu mendapati kebutuhan sandang dan pangan yang mencukupi;

10. Mereka akan selalu dihormati dan mendapatkan pertolongan dari orang lainnya;

11. Barang-barang milik mereka tidak akan diambil atau dicuri oleh orang lain.

12. Mereka akan mendapati segalanya yang mereka inginkan;

13. Para Naga, Dewa, dan Makhluk Suci lainnya akan selalu melindungi mereka;

14. Di negeri atau tempat kelahiran mereka akan selalu bertemu Sang Buddha dan dapat mendengarkan ajaran Dharma;

15. Mereka akan dapat mendengarkan dan mampu tercerahkan oleh inti murni ajaran Dharma yang sesuai.

Siapa saja yang mampu melafal dan mengingat Mantra Agung dari Mahakaruna Dharani akan mendapatkan Lima belas kelahiran yang baik. Semua para dewa dan manusia semestinya selalu melafal dan mengingatnya tanpa rasa malas.”

Setelah berkata demikian, Bodhisattva Avalokitesvara bersikap anjali, berdiri di depan persamuan, memancarkan welas asih dan kasih sayangnya yang agung nan sempurna kepada semua makhluk, sambil tersenyum Beliau melafalkan Mantra Agung nan Luas, Sempurna, Tak Terbatas, Dharani Kasih Sayang dari Hati Suci yang Maha Agung:


Namo Ratna-Trayaya (Na Mo Ho La Ta Na To La Ye Ye)

Namo Aryavalokitesvaraya (Na Mo Oh Li Ye Po Lu Cie Ti Suo Po La Ye)

Bodhisattvaya Mahasattvaya Mahakarunikaya (Phu Thi Sa To Po Ye Mo Ho Sa To Po Ye Mo Ho Cia Lu Ni Cia Ye)

Om Sarva Abhaya Sunadasyah (An Sa Pu La Fa Yi Su Ta Na Ta Sie)

Namo Sukrimama Aryavalokitesvara-Garbha (Na Mo Si Ci Li To Yi Meng Oh Li Ye Po Lu Ci Ti Se Fu La Ling To Po)

Namo Nilakantha Siri Maha Bhadrasrame (Na Mo Na La Cin Ci Si Li Mo Ho Puan To Sa Mi)

Sarvathasubhamajeyam Sarvasattvanamawarga Mahadhatu (Sa Po Oh Tha Tou Su Peng Oh Se Yin Sa Po Sa To Na Mo Po Sa To Na Mo Po Cia Mo Fa The Tou)

Tadyata Om Avaloke-lokite-kalate (Ta Ce Tha An Oh Po Lu Si Lu Cia Ti Cia Lo Ti)

Hari Maha Bodhisattva Sarva Sarva Mala Mala (Yi Si Li Mo Ho Phu Thi Sa To Sa Po Sa Po Mo La Mo La)

Masi Mahahirdayam Kuru Kuru Karmam (Mo Si Mo Si Li To Yin Ci Lu Ci Lu Ci Mung)

Kuru Kuru Vijayati Maha Vijayati (Tu Lu Tu Lu Fa Se Ye Ti Mo Ho Fa Se Ye Ti)

Dhara Dhara Dharin Suraya (To La To La Ti Li Ni Se Fu La Ye)

Chala Chala Mama Brahmaramukti (Ce La Ce La Mo Mo Fa Mo La Mu Ti Li)

Ehi Ehi Chinda Chinda Harsam Prachali (Yi Si Yi Si Se Na Se Na Oh La Sen Fu La Se Li)

Basa Basam Presaya Hulu Hulu Mala (Fa Sa Fa Sen Fu La Se Ye)

Hulu Hulu Hilo Sara Sara Siri Siri Suru Suru (Hu Lu Hu Lu Mo La Hu Lu Hu Lu Si Li Sa La Sa La Si Li Si Li Su Lu Su Lu)

Bodhiya Bodhiya Bodhaya Bodhaya (Phu Thi Ye Phu Thi Ye Phu Tho Ye Phu To Ye)

Maitreya Nilakantha Darshinina (Mi Ti Li Ye Na La Cin Ci Ti Li Se Ni Na)

Payamana Svaha Sidhaya Svaha Maha Sidhaya Svaha (Po Ye Mo Na Sa Po Ho Si To Ye Sa Po Ho Mo Ho Si To Ye Sa Po Ho)

Sidhayogesvaraya Svaha Nilakantha Svaha (Si To Yu Yi Se Pu La Ye Sa Po Ho Na La Cin Ci Sa Po Ho)

Varahanayaya Svaha Simhashira Mukaya Svaha (Mo La Na La Sa Po Ho Si La Sen Oh Mu Ciu Ye Sa Po Ho)

Sarva Maha Sidhaya Svaha Cakra Sidhaya Svaha (Sa Po Mo Ho Oh Si To Ye Sa Po Ho Ce Ci La Oh Si To Ye Sa Po Ho)

Padmahastaya Svaha Nilakanthavikaraya Svaha (Po To Mo Cie Si To Ye Sa Po Ho Na La Cin Ci Pu Cia La Ye Sa Po Ho)

Mahasishankaraya Svaha (Mo Po Lin Sen Cie La Ye Sa Po Ho)

Namo Ratna Trayaya (Na Mo Ho La Ta Na To La Ye Ye)

Namo Aryavalokitesvaraya Svaha (Na Mo Oh Li Ye Po Lu Cie Ti Suo Po La Ye Sa Po Ho)

Om Siddhyantu Mantrapadaya Svaha (An Si Tien Tu Man To La Pa To Ye Sa Po Ho)


Saat Bodhisattva Avalokitesvara selesai melafal Mantra Agung tersebut, bumi bergetar dengan enam cara. Bunga-bungaan nan indah, langka dan sangat berharga berjatuhan dari surga langit dengan keindahan warna-warni yang memukat. Seluruh Para Buddha dari sepuluh penjuru berbahagia, sedangkan para Dewa Mara dan para pengikut aliran luar sangat ketakutan sampai bulu kuduk mereka pun berdiri. Seluruhnya dalam persamuan berhasil mencapai beragam tahapan spiritual, ada yang mencapai tingkat Srotapana, Sakradagamin, Anagamin dan Arahat (4 tingkatan suci dalam aliran Theravada); yang lainnya ada yang berhasil mencapai tingkatan Bhumi pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima bahkan sampai tingkatan Bhumi kesepuluh (Dasa Bhumi = 10 tingkatan Bodhisattva). Sedangkan tak terlukiskan jumlah para makhluk yang membangkitkan Hati Suci mereka untuk membebaskan semua makhluk dari penderitaan.

Kemudian Raja Surgawi Mahabrahma bangkit dari tempat duduknya, merapikan jubahnya bersikap anjali dan dengan hormat berkata kepada Bodhisattva Avalokitesvara: “Sungguh agung, Mahasattva! Saya telah mengunjungi tak terhingga Persamuan Agung Para Buddha dan mendengarkan tak terhitung banyaknya ajaran Dharma dan Mantra, tetapi belum pernah mendengar begitu agungnya Dharani Kasih Sayang dari Hati Suci yang Maha Agung ini. Mahasattva, mohon beritahukan kami tentang ciri-ciri dari Mantra ini, kami semua bergembira untuk mendengarnya.”

Bodhisattva Avalokitesvara berkata kepada Raja Mahabrahma: “Demi memberikan kepentingan dan manfaat kepada semua makhluk, anda memberikan pertanyaan ini. Sekarang, mohon dengarkan baik-baik, saya akan utarakan secara singkat.”

Bodhisattva Avalokitesvara kemudian berkata: “Berdasarkan Hati Suci yang Welas Asih dan Kasih Sayang yang Maha Agung, berdasarkan Hati Suci yang tidak membeda-bedakan, berdasarkan Hati Suci yang tak bergeming, berdasarkan Hati Suci yang bersih dan tidak terikat, berdasarkan Hati Suci yang berdasarkan ke-Sunyataan, berdasarkan Hati Suci yang menghormati, berdasarkan Hati Suci yang rendah hati, berdasarkan Hati Suci yang tidak berbeda-beda, berdasarkan Hati Suci yang tidak memiliki bayangan pikiran, dan berdasarkan Hati Suci yang paling dalam. Saat ini, semua telah mengetahuinya bahwa Hati Suci yang demikian adalah ciri-ciri dari Mantra Agung ini, mohon semua menjalaninya dengan sesuai. ”

Kemudian Raja Mahabrahma berkata: “Kami sekarang telah mengetahui ciri-ciri dari Mantra Agung ini, mulai dari sekarang, kami akan selalu melafal dan mengingatnya dan tidak akan berani melupakannya.”

Bodhisattva Avalokitesvara kemudian berkata: “Jika ada orang budiman, siapa saja, yang mampu melafal dan mengingat Mantra Agung ini, bisa menumbuhkan Hati Suci yang maha luas dan bertekad untuk menyeberangkan semua makhluk ke pantai pembebasan, bisa melakukan Atha-Sila(*) secara badaniah, menumbuhkan Hati Suci yang tidak membeda-bedakan semua makhluk, berusaha melafal Mantra Agung ini tanpa rintangan, menyendiri dalam ruangan yang bersih, bersihkan badan, memakai pakaian yang bersih, memajang bendera-bendera berwarna-warni dan nyalakan lampu atau lilin, memberikan persembahan kepada Para Buddha atau Bodhisattva berupa wangi-wangian, bunga-bungaan, bermacam-macam makanan vegetarian, tidak menerawang, tidak memikirkan yang lain, dan melafalkan dan mengingat Mantra Agung ini sesuai dengan ajaran Dharma, maka, Bodhisattva Suryaprabha, Bodhisattva Chandraprabha (mereka adalah Bodhisattva-Mahasattva dari Sang Buddha Bhaishajaguru Tathagataya) dan tak terhingga banyaknya Para Dewa dan Pertapa Suci akan datang menjadi saksi dan membantu pelafalan menjadi lebih sempurna.


(* Atha-Sila; Untuk menjalankan sila ini, seseorang harus melaksanakan:

1. memakan hanya makanan non hewani (vegetarian/vegan);

2. hanya makan sekali pada waktu siang hari;

3. menjaga 5 peraturan utama: tidak membunuh, tidak mengambil tanpa ijin (mencuri), tidak melakukan perselingkuhan, tidak berkata yang tidak benar (berbohong), tidak makan atau minum makanan atau minuman yang memabukkan (minuman beralkohol atau obat-obat bius)).


Kemudian saya akan menerangi mereka dengan seribu mata, menjaga dan membantu mereka dengan seribu tangan. Sejak saat itu, mereka akan mampu mengetahui semua pengetahuan duniawi, dan akan secara sempurna mengerti semua ajaran, theori, atau ilmu gaib dari aliran luar, demikian pula dengan kitab-kitab Veda.”

Siapa saja yang mampu melafal dan mengingat Mantra Agung ini, mampu menyembuhkan semua 84000 macam penyakit dunia tanpa pengecualian. Bahkan dia mampu mengendalikan semua makhluk halus, menghancurkan para Dewa Mara Surgawi, dan menenangkan semua pengikut aliran luar.

Siapa saja yang sedang membaca kitab-kitab Sutra atau sedang bermeditasi (Dhyana/Chan/Zen) di pegunungan atau di hutan, kemudian ada dewa gunung, beragam makhluk-makhluk halus ataupun Dewata datang menganggu dan membuatnya tidak bisa berkonsentrasi, lafalkan mantra ini sekali, maka semua para makhluk-makhluk itu akan terikat.

Siapa saja yang mampu melafal Mantra Agung ini sesuai dengan ajaran Dharma dan membangkitkan perasaan welas asih dan kasih sayang yang murni kepada semua makhluk, maka saya akan memanggil semua para Dewa yang budiman, para Raja Naga, dan para Vajrasattva untuk mengikuti dan melindungi mereka, tidak pernah meninggalkan mereka sendirian, selalu menjaga mereka sama seperti menjaga mata dan jiwa sendiri.”

Kemudian Bodhisattva Avalokitesvara mengucapkan syairnya:

“Saya menugaskan para Vajrasattva: Ucchusma, Kundalin, Ankusa dan delapan Makhluk Suci, Shankara Sang Ksatria perkasa, untuk selalu menjaga Sang Pelafal Mantra Agung;

Saya menugaskan Mahesvara, Narayana, Kumbhiraba dan Kapila, untuk selalu menjaga Sang Pelafal Mantra Agung;

Saya menugaskan para Paji, Sahassakka, para Chebud yang budiman dan Kimnara, untuk selalu menjaga Sang Pelafal Mantra Agung;

Saya menugaskan para Sajamahora, Kumbhanda, Katabhutana dan Banjra, untuk selalu menjaga Sang Pelafal Mantra Agung;

Saya menugaskan Raja Bhipagara, Vitasahara yang bermoral, untuk selalu menjaga Sang Pelafal Mantra Agung;

Saya menugaskan Raja Brahma Sambra, lima suku para Dewa Surgawi dan Raja Dewa Yama, untuk selalu menjaga Sang Pelafal Mantra Agung;

Saya menugaskan Dewa Sakra Devanam Indra Sang Raja langit Surga Trayastrimsa, Maha Dewi Sarasvati dan para Vardhana, untuk selalu menjaga Sang Pelafal Mantra Agung;

Saya menugaskan Raja Dewa Dhritarastra, Raksasi (raksasa wanita) Hariti, para Dewa dan Dewi yang perkasa, untuk selalu menjaga Sang Pelafal Mantra Agung;

Saya menugaskan Raja Dewa Virudhaka, Raja Dewa Virupaksa dan Raja Dewa Vaisravana, untuk selalu menjaga Sang Pelafal Mantra Agung;

Saya menugaskan Raja Burung Merak Emas dan dua puluh delapan suku Maha Pertapa Suci, untuk selalu menjaga Sang Pelafal Mantra Agung;

Saya menugaskan Manibhadra dan Jendral Pancika Phalava, untuk selalu menjaga Sang Pelafal Mantra Agung;

Saya menugaskan Nanda, Upananda dan Raja Naga Sagara Ibhra, untuk selalu menjaga Sang Pelafal Mantra Agung;

Saya menugaskan para Asura, Gandharva, Karuna, Kimnara dan Mahoraga, untuk selalu menjaga Sang Pelafal Mantra Agung;

Saya menugaskan Dewa Api, Dewa Guntur, Dewa Petir, Raja Khumbhanda dan Para Pisaca, untuk selalu menjaga Sang Pelafal Mantra Agung;

Para Dewa yang budiman, para Raja Naga dan para Dewi, bersama dengan 500 pasukan Yaksha yang perkasa, mereka akan selalu menjaga Sang Pelafal Mantra Kasih Sayang Maha Agung. Jika Sang Pelafal berada di hutan atau pedalaman tanpa penghuni, para Dewa yang budiman akan selalu menjaga dan saling bergantian untuk menghapuskan rintangan dan kemalangan. Jika Sang Pelafal tersesat jauh di pegunungan, karena melafal Mantra Agung ini, maka para Dewa dan Raja Naga akan menjelma menjadi orang-orang budiman dan menunjukkan jalan keluarnya. Jika Sang Pelafal kekurangan air dan memerlukan api, pada saat di pegunungan, di hutan atau di pedalaman, para Raja Naga akan melindungi dan secara gaib memberikan air dan api untuknya.”

Bodhisattva Avalokitesvara kemudian mengucapkan syair penghancur kemalangan yang sangat menenangkan hati:


“Ketika sedang berjalan di pegunungan, hutan atau di pedalaman,

jika bertemu dengan harimau, serigala atau binatang buas lainnya,

atau bertemu dengan ular atau makhluk-makhluk halus yang jahat,

mereka tidak akan dapat menyentuh Sang Pelafal ketika mendengarkan Mantra ini;


Ketika sedang mengarungi sungai atau lautan,

naga beracun, naga banjir dan Makara,

Yaksha, Raksha, ikan atau kura-kura,

semua akan mengelak ketika mendengar Mantra Agung ini;


Ketika dihadang berbagai pertempuran, penjarahan,

atau berbagai kerusuhan,

lafalkan Mantra Agung Mahakaruna dengan kesungguhan hati,

perasaan kasihan akan muncul dalam hati mereka dan segera pergi;


Jika ada yang ditangkap oleh penegak hukum,

diikat atau dipenjarakan,

lafalkan Mantra Agung Mahakaruna dengan kesungguhan hati,

dengan perasaan kasihan, sang penegak hukum membebaskannya;


Jika berada di sebuah kediaman seseorang yang penuh dengan serangga beracun peliharaan,

ketika akan diracuni melalui minuman, makanan atau obat-obatan,

lafalkan Mantra Agung Mahakaruna dengan kesungguhan hati,

maka racun tersebut akan berubah menjadi madu;


Jika seorang ibu yang akan segera melahirkan,

makhluk halus jahat datang untuk menghalangi dan memberikan penderitaan yang sangat,

lafalkan Mantra Agung Mahakaruna dengan kesungguhan hati,

mereka akan pergi, dan kelahiran pun akan berjalan lancar;


Jika naga kejahatan atau makhluk halus penebar penyakit, menebarkan racun kejahatan,

manusia menderita demam dan akan segera meninggal,

lafalkan Mantra Agung Mahakaruna dengan kesungguhan hati,

demam akan segera berakhir, dan usia mereka akan bertambah;


Jika naga kejahatan atau makhluk halus penebar penyakit, menebarkan epidemik,

manusia menderita pembengkakan, abses, sariawan dan pendarahan,

lafalkan Mantra Agung Mahakaruna dengan kesungguhan hati,

ludahi abses atau luka tersebut tiga kali, maka abses atau luka akan segera sembuh.


Jika ada orang-orang jahat yang memiliki pikiran-pikiran tidak bermoral,

menyebabkan kebencian dengan mengirim mimpi buruk, makhluk halus dan kutukan kepadamu,

lafalkan Mantra Agung Mahakaruna dengan kesungguhan hati,

dan semua kiriman jahat dan kutukan akan kembali ke pengirimnya semula.


Ketika ajaran Dharma akan segera lenyap,

dunia penuh dengan kejahatan dan kekacauan,

pikiran seksual manusia bagaikan kobaran api,

pikiran mereka penuh dengan fantasi, tidak tahu mana yang benar mana yang tidak.

Mereka melakukan perselingkuhan di luar pengetahuan pasangannya,

dan hanya memikirkan seks sepanjang hari dan malam tanpa ada akhirnya.

Jika mereka bisa melafalkan Mantra Agung Mahakaruna dengan kesungguhan hati,

kobaran api seksual akan padam dan pikiran-pikiran yang tidak benar pun lenyap.


Jika saya mengulas semua kekuatan Mantra Agung ini secara menyeluruh, walau satu kalpa pun tidak akan cukup untuk mengulasnya.” Bodhisattva Avalokitesvara kemudian berkata kepada para Brahma: “Lafalkan Mantra Agung ini 5 kali, buatkan kalung dari benang atau tali 5 warna, kemudian lafalkan Mantra Agung ini 21 kali, simpulkan 21 kali dan kalungkan. Mantra ini telah diucapkan oleh Para Buddha, Tathagata yang lampau sebanyak pasir dari 9,9 milyar sungai Gangga.

Para Buddha, Tathagata tersebut mengucapkan Mantra Agung ini untuk para Bodhisattva yang sedang mengembangkan Sad-Paramita tapi belum sempurna, agar mereka cepat berhasil.

Untuk mereka yang belum mengembangkan Hati Suci, agar Hati Suci mereka segera muncul.

Untuk para Sravaka yang belum mencapai tahapan spritual, agar cepat mencapainya.

Untuk para Dewa dan Pertapa Suci dalam tiga-ribu-maha-ribu dunia alam semesta, yang belum membangkitkan Hati Suci yang paling agung (Annutara-Samyak-Sambodhi), agar mereka membangkitkannya.

Untuk semua makhluk yang belum mencapai akar keyakinan dalam Mahayana, dengan kekuatan maha agung Mantra Agung ini, bibit Hati Suci Mahayana dan tunas Hati Suci Dharma akan tumbuh berkembang; dengan Kekuatan kebijakan, welas asih dan kasih sayangku, semua apa yang mereka perlukan akan terpenuhi.

Untuk semua makhluk dari tiga alam kesengsaraan (neraka,preta,binatang), yang hidup di belahan dunia kegelapan dari tiga-ribu-maha-ribu dunia alam semesta, jika mereka mendengar Mantra Agung ini, semua akan dapat bebas dari penderitaan.

Untuk kepada Para Bodhisattva yang belum mencapai Bhumi pertama, agar dapat mencapainya dengan cepat dan bahkan mencapai tingkatan Bhumi kesepuluh atau mencapai ke-Buddhaan dengan semua ciri-ciri 32 ciri kesempurnaan dan 80 ciri tambahan (ciri-ciri Samyak-Sambuddha atau seorang Cakravartin).

Jika seorang Sravaka mendengar Mantra Agung ini sekali saja, jika ia melafal dan menulis Mantra Agung ini dan jika ia menenangkan diri dengan pikiran bersih sesuai dengan ajaran Dharma, maka ia akan mencapai empat tingkatan kesucian dengan mudah walaupun ia tidak sengaja mencarinya.

Andaikan semua gunung, sungai, tebing dan lautan di seluruh tiga-ribu-maha-ribu dunia alam semesta dapat dimasak; gunung Sumeru dan gunung Cakravada-parvata dapat digoncangkan dan dihaluskan menjadi bubuk, semua makhluk berjumlah yang demikian banyaknya, akan dapat membangkitkan Hati Suci dengan kekuatan Mantra Agung ini.

Jika ada, siapa saja yang menginginkan apa saja dalam kehidupan saat ini, ia harus melakukan Atha-Sila dan selalu melafal Mantra Agung ini selama 21 hari, maka semua keinginannya pasti akan terpenuhi. Dari kehidupan lampau yang paling awal sampai dengan kehidupan yang paling akhir di masa mendatang, semua karma-karma buruknya akan dapat dilenyapkan. Dalam tiga-ribu-maha-ribu dunia alam semesta, semua Para Buddha, Bodhisattva, Brahma, Sakra Devanam-Indra, para Dewa Caturmaharajaloka, Pertapa Suci, Raja Naga, semua akan menjadi saksi.”

“Jika ada manusia atau makhluk surgawi, yang melafal dan mengingat Mantra Agung ini, sedang membersihan diri di sungai atau di pesisir pantai, dan ada makhluk di sekitarnya yang terkena percikan air pemandiannya, maka semua dosa-dosa berat mereka akan dapat lenyap dan terlahirkan di Tanah Suci di sepuluh penjuru. Mereka akan terlahirkan secara spontan dari Teratai-Teratai Suci dan tidak akan terlahir dari kandungan, kelembaban atau dari telur. Bayangkan, berapa besar jasa dan pahala bagi Sang Pelafal Mantra Agung.”

“Jika Sang Pelafal Mantra Agung sedang berjalan, angin menerpa rambut dan pakaiannya, jika ada makhluk sekitarnya yang terkena hembusan angin tersebut, maka seluruh rintangan dan karma buruk akan lenyap, tidak akan mendapatkan karma dari tiga alam penderitaan, dan seringkali terlahirkan di depan Para Buddha. Tak terbayangkan berapa besar jasa, pahala dan buah hasil kebajikan Sang Pelafal Mantra Agung.”

“Jika Sang Pelafal Mantra Agung berkata apa saja, tidak peduli baik atau buruk, akan selalu terdengar seperti Suara Agung Dharma bagi semua Mara, pengikut aliran luar, dewa, naga dan makhluk halus, mereka akan menghormati Sang Pelafal Mantra Agung sama halnya seperti menghormati Sang Buddha.”

“Dan kepada Sang Pelafal Mantra Agung, kita semua sudah seharusnya tahu bahwa ia adalah tubuh dari tubuh-tubuh Para Buddha, karena ia dipuji oleh Para Buddha sebanyak pasir dari 9,9 milyar sungai Gangga;

Kita sudah seharusnya tahu bahwa ia adalah tubuh dari sinar-sinar suci, karena ia dipancarkan oleh Sinar Para Buddha;

Kita sudah seharusnya tahu bahwa ia adalah tubuh dari welas asih dan kasih sayang, karena ia selalu menolong makhluk dengan Mantra Agung ini;

Kita sudah seharusnya tahu bahwa ia adalah tubuh dari ajaran Dharma Agung, karena Mantra Agung ini berisikan semua pintu-pintu kemantraan;

Kita sudah seharusnya tahu bahwa ia adalah tubuh dari Dhyana dan Samadhi, karena ratusan dari ribuan Samadhi sering dialaminya;

Kita sudah seharusnya tahu bahwa ia adalah tubuh dari ke-Sunyataan, karena ia melihat semua makhluk dengan kebijaksanaan yang berdasarkan ke-Sunyataan;

Kita sudah seharusnya tahu bahwa ia adalah tubuh dari keberanian, karena ia selalu dijaga oleh para Naga, Dewa dan Makhluk Suci;

Kita sudah seharusnya tahu bahwa ia adalah tubuh dari bahasa agung, karena Suara Mantra Agung keluar tanpa henti dari mulutnya;

Kita sudah seharusnya tahu bahwa ia adalah tubuh dari kediaman kekal, karena tiga kemalangan dan tiga kalpa jahat tidak dapat menyentuhnya;

Kita sudah seharusnya tahu bahwa ia adalah tubuh dari kebebasan, karena Mara dan pengikut aliran luar tidak dapat menahannya;

Kita sudah seharusnya tahu bahwa ia adalah tubuh dari raja pengobatan, karena ia selalu menyembuhkan makhluk dengan Mantra Agung ini;

Kita sudah seharusnya tahu bahwa ia adalah tubuh dari kekuatan gaib, karena ia dapat dengan bebas mengarungi Dunia Para Buddha. Pujian atas jasa, pahala dan kemuliaan untuk para Pelafal Mantra Agung adalah sangat tak terbatas.”

“Orang budiman, jika ada yang lelah dengan penderitaan duniawi dan menginginkan kebahagiaan dari kehidupan yang panjang, dia harus menetap di tempat yang sunyi dan bersih, buatkan batasan suci, lafalkan Mantra Agung pada pakaian, minuman, makanan, wangi-wangian atau obat-obatan sebanyak 108 kali sesuai dengan ajaran Dharma, maka keinginannya akan tercapai.”

“Cara membuat batasan suci adalah: Lafalkan Mantra Agung sebanyak 21 kali ditujukan kepada sebuah pisau, kemudian gunakan pisau untuk membuat batasan suci; atau lafalkan Mantra Agung sebanyak 21 kali ditujukan kepada air bersih secukupnya, kemudian percikan air untuk membuat batasan suci;

atau lafalkan Mantra Agung sebanyak 21 kali ditujukan kepada beberapa biji Tantubha (mustard seeds), kemudian tebarkan untuk membuat batasan suci;

atau lafalkan Mantra Agung sebanyak 21 kali, kemudian buatkan batasan suci dengan imajinasi pikiran;

atau lafalkan Mantra Agung ini sebanyak 21 kali ditujukan kepada abu dupa dan gunakan untuk membuat batasan suci;

atau lafalkan Mantra Agung sebanyak 21 kali ditujukan kepada tali 5 warna dan buatkan batasan atau lingkaran suci di tanah atau lantai dengan mengunakan tali tersebut.

Semua cara tersebut bisa digunakan. Jika ia yakin dan menerima Mantra Agung sesuai dengan ajaran Dharma, maka ia akan mendapatkan buah hasilnya.”

“Jika siapa saja bisa mendengar nama dari Mantra Agung ini, dosa-dosa hasil kehidupan lampau tak terukur kalpa-kalpa lamanya, dapat lenyap, bayangkan berapa besar karma kebaikan bagi Sang Pelafal Mantra Agung! Jika siapa saja mampu melafal dan mengingat Mantra Agung ini, kita semua seharusnya tahu bahwa ia telah memberikan persembahan dan menjaga Para Buddha tak terhitung banyaknya dan telah menanam banyak akar kebajikan. Jika ia mampu melafal dan mengingat Mantra Agung sesuai dengan ajaran Dharma untuk membebaskan semua makhluk dari penderitaan, kita semua semestinya tahu bahwa ia memiliki Hati Suci yang maha welas asih, dan akan segera menjadi Buddha.”

“Jika ia melafalkan Mantra Agung kepada semua makhluk yang dilihatnya, membuat mereka mendengarnya sebagai sebab awal pencapaian Hati Suci, maka jasa dan pahalanya sungguh tak terlukisan, tak terbatas dan tidak akan habis dipuji atau diagungkan.”

“Jika ia dapat dengan hati yang tulus, menjalankan Atha-Sila, minta pengampunan semua dosa-dosa masa lampau dengan mewakili semua makhluk, juga minta pengampunan akan dosa-dosanya sendiri selama kalpa-kalpa yang tak terhitung, lafalkan Mantra Agung ini dan jangan biarkan suara lafalan terhenti, maka ia akan mencapai 4 tingkat kesucian di kehidupan ini; jika ia memiliki bakat dan kebijaksanaan dalam ajaran Dharma dan menguasai berbagai kebijakan dalam penglihatan Dharmanya, maka pencapaian tingkatan Dasa-Bhumi tidak akan terlalu sulit baginya, apalagi dengan pencapaian kemakmuran duniawi yang sungguh mudah didapat. Semua keinginannya pasti terpenuhi.”

“Jika ia ingin menguasai makhluk halus, maka ia harus mencari tulang kepala di dalam hutan, bersihkan dan buatkan Altar Suci Mandala di depan patung Bodhisattva Avalokitesvara Tangan Seribu dan Seribu Mata, berikan persembahan berupa wangi-wangian, bunga-bungaan, minuman dan makanan vegetarian, maka setelah 7 hari, makhluk halus itu akan datang dan mematuhinya.”

“Jika ia ingin menguasai keempat Dewa Caturmaharaja-Loka, maka ia harus melafalkan Mantra Agung ditujukan kepada dupa kayu cendana dan kemudian dinyalakan, maka ia akan mendapat hasilnya, berkat kekuatan kasih sayang dan tekad Bodhisattva yang agung dan kekuatan Mantra Agung yang sungguh luas dan sakti.”

Sang Buddha, Tathagataya kemudian berkata kepada Ananda: “Jika ada bencana yang terjadi di sebuah negeri, jika sang Raja atau Pemimpin negeri dapat menjalankan negeri berdasarkan hukum yang benar, memperjuangkan hak rakyat dan melindungi hak kehidupan binatang, tidak bertindak tidak adil terhadap siapa saja, tidak menyalahkan rakyat, selama 7 hari dan 7 malam, menjaga pikiran dan badan dengan tulus dan tidak malas, dengan bersikap demikian melafal dan mengingat Mantra Agung Kasih Sayang dari Hati Suci yang Maha Agung, maka seluruh bencana akan lenyap, 5 jenis tanaman pangan akan tumbuh subur dan rakyatnya akan hidup damai dan bahagia.”

“Jika sebuah negeri sering diserang oleh musuh dari berbagai negeri yang lain, rakyat tidak merasa aman, para pejabat berkhianat, penyakit menular di mana-mana, hujan dan kemarau menjadi tidak seimbang dan kacau, atau bahkan sampai matahari dan bulan pun tidak dapat memberi manfaat, ketika bencana tersebut tiba, rakyat dengan semestinya membuat patung Bodhisattva Avalokitesvara Tangan Seribu dan Seribu Mata yang memandang ke arah barat, berikan persembahan dengan tulus hati berupa wangi-wangian, bunga-bungaan, bendera warna-warni, payung-payung berharga atau makanan dan minuman vegetarian ratusan rasa dan selama 7 hari 7 malam, jika sang Raja atau Pemimpin dapat menjaga badan dan pikiran dengan tulus dan tidak malas, dengan bersikap demikian melafal dan mengingat Kalimat Agung dari Mantra Agung, maka para musuh akan melunak dan kembali ke negerinya masing-masing dan tidak akan mengganggu kembali. Negeri-negeri tersebut akan saling berhubungan dan akan memiliki hubungan yang erat, para pangeran dan pejabat akan setia, ratu dan tuan putri dan para pekerja istana juga akan menjadi setia terhadap sang Raja atau Pemimpin. Naga dan Makhluk halus akan melindungi negeri, hujan akan turun sesuai dengan saatnya, tanaman akan berbuah lebat dan rakyat akan berbahagia.”

“Jika ada siapa saja dalam keluarga yang menderita penyakit yang sangat serius, atau jika ratusan berbagai jenis makhluk halus mencoba menghancurkan seluruh keluarga; atau ada orang-orang jahat berkeinginan untuk berbuat jahat kepada keluarga tersebut; atau seluruh keluarga menjadi tidak rukun, mereka semestinya membuat altar Mandala di depan patung Bodhisattva Avalokitesvara Tangan Seribu dan Seribu Mata, kemudian sebutkan nama Bodhisattva Avalokitesvara dengan ketulusan hati yang mendalam, kemudian lafalkan Mantra Agung ini 1000 kali, maka seluruh kemalangan akan lenyap, seluruh keluarga akan hidup damai selamanya.” Ananda bertanya kepada Sang Buddha: “Bhagavate, apa nama Mantra Agung tersebut? Bagaimana menerima dan menjaganya?”

Sang Buddha menjawab: “Mantra Agung ini memiliki banyak nama, salah satunya ialah Luas Maha Sempurna, nama yang lainnya ialah Kasih Sayang yang Luas dan tak Terhalang, nama yang lainnya ialah Dharani Penyambung Kehidupan, nama yang lainnya ialah Dharani Penghalau Kehidupan Yang Buruk, nama yang lainnya ialah Dharani Penghancur Karma Buruk Penghalang, nama yang lainnya ialah Dharani Mutiara Pemberi Segala Keinginanan, nama yang lainnya ialah Dharani Kebebasan Sesuai Dengan Keinginan Hati, nama yang lainnya ialah Dharani Pencapaian Tingkatan Atas dengan cepat. Demikianlah nama-nama Mantra Agung ini yang engkau harus ingat dan menjaganya.”

Kemudian Ananda bertanya kepada Sang Buddha: “Bhagavate, siapa nama Bodhisattva-Mahasattva yang sungguh baik memberi ajaran kepada kita tentang Mantra Agung ini?”

Sang Buddha menjawab: “Bodhisattva ini bernama Avalokitesvara, Makhluk Agung yang Tak Terbatas, juga dikenal dengan nama Seribu Mata Terang. Orang Budiman, Bodhisattva Avalokitesvara memiliki kekuatan agung yang tidak terbayangkan. Kalpa-kalpa tak terhitung yang lalu, ia telah menjadi Seorang Buddha yang bernama Buddha Dharma Suci Terang Benderang Tathagataya. Karena kekuatan tekad kasih sayangnya yang agung, untuk memanggil semua Para Bodhisattva, demi memberikan kedamaian dan kebaikan kepada semua makhluk, ia muncul sebagai Bodhisattva. Engkau semuanya, termasuk para Bodhisattva, Brahma, Dewa Trayastrimsa, Naga dan Makhluk Suci sudah semestinya menghormati beliau dan lafalkan namanya dengan tulus, maka semuanya akan mendapatkan jasa, pahala, karma baik yang tak terbatas dan dosa-dosa yang tak terhingga akan lenyap, pada akhir kehidupan akan terlahir di Tanah Suci Buddha Amitabha Tathagataya.”

Sang Buddha kemudian berkata kepada Ananda: “Mantra Agung yang telah diucapkan oleh Bodhisattva Avalokitesvara adalah benar, sejati dan sempurna. Jika berkeinginan untuk mengundang Sang Bodhisattva, maka lafalkan Mantra Agung ini sebanyak 21 kali ditujukan kepada sebuah dupa Guggula dan kemudian dinyalakan, maka Sang Bodhisattva akan muncul.”

“Jika dipengaruhi oleh jiwa kucing, carikan tulang kepala kucing yang sudah mati, bakar sampai menjadi abu, campurkan abu dengan tanah liat yang bersih, dipadatkan dan dibentuk sehingga serupa bentuk kucing. Di depan patung Bodhisattva Avalokitesvara Tangan Seribu dan Seribu Mata, lafalkan Mantra Agung sebanyak 108 kali ditujukan ke sebuah pisau tajam, dan model kucing tersebut mulai dipotong hingga 108 potongan dengan melafal dan menyebutkan namanya sekali tiap memotong, maka jiwa kucing tersebut akan pergi dan tidak akan kembali.”

“Jika digigit serangga beracun, campurkan bubuk dupa Karpura dengan dupa Guggula dengan jumlah yang sama, tambahkan 1 mangkuk air sumur murni(*), dimasak dan disaring, kemudian lafalkan Mantra Agung sebanyak 108 kali ditujukan kepada hasil ramuan di depan patung Bodhisattva Avalokitesvara Tangan Seribu dan Seribu Mata, hasil ramuan kemudian diminum, maka penyakit pun akan sembuh.”

(*Air sumur murni: air sumur yang paling murni pada waktu pagi hari, air yang pertama diambil)

“jika digigit oleh ular atau kalajengking, lafalkan Mantra Agung sebanyak 7 kali ditujukan kepada bubuk jahe, kemudian oleskan bubuk di sekitar gigitan, maka luka akan segera sembuh.”

“Jika seseorang berkeinginan untuk berbuat jahat terhadapmu, karena dendam dan kebencian, engkau harus mencari tanah liat yang bersih, atau tepung, atau lilin (wax), dan dibentuk tubuh (dummy) orang tersebut. Di depan patung Bodhisattva Avalokitesvara, lafalkan Mantra Agung sebanyak 108 kali ditujukan kepada pisau yang tajam, kemudian dummy dipotong 108 kali, tiap potongan dibacakan Mantra sekali dan sebutkan namanya sekali dan bakar semua 108 potongan. Maka orang tersebut akan menjadi bahagia, akan menghormatimu dan menjadi sahabatmu selama akhir hayatnya.”

“Jika engkau mendapat penyakit mata rabun atau kebutaan, atau berwarna keputihan atau kemerahan, carikan buah Haritaki, buah Amala dan buah Vihetaki, tumbuk semua menjadi halus. Sewaktu menumbuk harus dijaga kesuciannya: jangan sampai dilihat oleh wanita yang baru melahirkan atau oleh seekor anjing atau seekor babi dan lafalkan nama Buddha, campurkan bubuk dengan susu atau susu ibu, susu harus dari ibu anak lelaki. Ketika selesai, di depan patung Bodhisattva Avalokitesvara Tangan Seribu dan Seribu Mata, lafalkan Mantra Agung sebanyak 1008 ditujukan kepada hasil ramuan tersebut, kemudian dioleskan kepada mata yang sakit selama 7 hari penuh, diam dalam ruangan yang hening dan jangan terkena angin, maka mata akan segera sembuh, warna keputihan atau kemerahan akan hilang dan penglihatan pun menjadi tajam.”

“jika terinfeksi oleh demam yang tak kunjung hilang, lafalkan Mantra Agung sebanyak 21 kali ditujukan kepada kulit harimau, macan tutul atau serigala, selimutkan kulit tersebut ke sekujur tubuh, maka demam pun akan segera turun. Kulit singa merupakan pilihan yang paling baik.”

“Jika seseorang digigit oleh ular, ambil kotoran telinga sang pasien, lafalkan Mantra Agung sebanyak 21 kali ditujukan kepada kotoran telinga tersebut, letakkan pada luka bekas gigitan, maka luka akan segera sembuh.”

“Jika kejahatan melanda hati, sungguh merana hingga berkeinginan untuk mengakhiri kehidupannya, maka carikan peach-gum (*) sebesar buah persik, campurkan satu mangkuk air yang bersih kemudian dimasak dan diambil sarinya ke dalam setengah mangkuk. Lafalkan Mantra Agung sebanyak 7 kali ditujukan kepada mangkuk ramuan tersebut, kemudian diminum semuanya, maka penyakit akan sembuh. Ramuan ini tidak boleh diracik oleh seorang wanita.”

(* peach gum = di China digunakan untuk pengobatan dan bisa untuk dimakan)

“Jika engkau dipengaruhi oleh makhluk halus, lafalkan Mantra Agung ini sebanyak 21 kali ditujukan kepada dupa Guggula kemudian dinyalakan dan dihisapkan ke hidung, kemudian buatkan 7 pil dari dupa Guggula masing-masing sebesar feses kelinci, lafalkan Mantra Agung sebanyak 21 kali, maka engkau akan sembuh kembali. Hati-hati untuk tidak mengkonsumsi obat-obat bius atau minuman beralkohol, tidak memakan makanan dari hewani atau memakan 5 jenis bawang-bawangan atau sejenisnya, dan jangan melukai orang lain. Jika menjumpai Manahsila (Realgar: sejenis belerang), campurkan dengan biji buah mustard yang putih dan garam YanSheng, kemudian lafalkan Mantra Agung sebanyak 21 kali ditujukan kepada campuran tersebut kemudian dibakar di bawah ranjang pasien, maka makhluk halus itu akan pergi, tidak berani untuk tinggal lebih lama.”

“Untuk yang menderita masalah pendengaran, lafalkan Mantra Agung sebanyak 21 kali ditujukan kepada minyak wijen dan teteskan kedalam telinga, maka penyakit akan sembuh.”

“Jika seseorang menderita penyakit lumpuh, hidung seakan tertutup, kaki dan tangan tidak dapat digerakkan, maka engkau harus mencampur minyak wijen dengan rempah-rempah dari kayu hijau (Green-wood-spice), kemudian dimasak dan lafalkan Mantra Agung sebanyak 21 kali kemudian dioleskan ke sekujur tubuh, maka penyakit akan selamanya berakhir. Cara yang lain, lafalkan Mantra Agung sebanyak 21 kali ditujukan kepada feses sapi yang murni, kemudian oleskan ke sekujur tubuh, maka penyakit akan sembuh.”

“Untuk masalah kehamilan, lafalkan Mantra Agung sebanyak 21 kali ditujukan kepada minyak wijen dan dioleskan di hidung dan di pintu kelahiran, maka sang ibu akan lancar melahirkan.”

“Jika bayi meninggal di dalam perut, carikan satu lerng(*) herbal dari dedaunan mint, campurkan dengan 2 mangkuk air bersih, kemudian dimasak, disaring ke dalam 1 mangkuk. Lafalkan Mantra Agung sebanyak 21 kali ditujukan kepada mangkuk ramuan tersebut kemudian diberikan kepada sang pasien, maka janin akan keluar, dan sang ibu tidak akan menderita. Jika plasenta bayi tidak keluar, berikan obat itu kembali maka semuanya akan berjalan lancar.”

(* Lerng: unit ukuran masa tiongkok)

“Jika engkau menderita penyakit jantung, sering merasakan kesakitan, carikan dupa Fume-Land dengan ujung yang sempurna, lafalkan Mantra Agung sebanyak 21 kali ditujukan kepada dupa tersebut, kemudian dikunyah dan ditelan sedikit atau banyak. Sampai saatnya akan muntah-muntah atau diare, maka penyakit tersebut akan sembuh. Jangan memakan 5 macam bawang-bawangan, jangan memakan daging dan jangan meminum alkohol atau sejenisnya.”

“Jika terbakar api, lafalkan Mantra Agung sebanyak 21 kali ditujukan kepada feses sapi hitam, kemudian pelan-pelan dioleskan di atas luka bakar, maka penderitaan akan membaik.”

“Jika terinfeksi cacing hati, lafalkan Mantra Agung sebanyak 21 kali ditujukan kepada setengah mangkuk urine dari kuda putih dan diminum, maka penyakit akan sembuh. Jika penyakit sangat serius, ambil sampai dengan 1 mangkuk, maka cacing-cacing hati akan keluar seperti tali-tali yang saling terikat.”

“Untuk sakit ujung kuku carikan beberapa daun Ling-Sil, dihaluskan dan diambil sarinya, lafalkan Mantra Agung sebanyak 21 kali ditujukan kepada ramuan tersebut, kemudian dioleskan di bagian yang sakit, tarik akar kuku yang sakit, maka sakit akan segera sembuh.”

“Jika mata digigit lalat, carikan feses keledai yang masih segar, saringkan dan diambil isi cairannya, lafalkan Mantra Agung sebanyak 21 kali ditujukan kepada cairan tersebut, teteskan ke mata yang terjangkit saat akan tidur, maka penyakit akan segera sembuh.”

“Jika terserang sakit perut, campurkan air sumur murni dengan garam YanSheng untuk dibuatkan 21 butiran, lafalkan Mantra Agung ditujukan kepada butiran ramuan tersebut, telan setengah mangkuk butir ramuan, maka penyakit akan segera sembuh.”

“Untuk penyakit mata merah, neoplasm atau katarak, coba carikan beberapa dedaunan Mespilus germanica (Chinese-wolfberry/Gau-Gey), haluskan dan diambil sarinya, lafalkan Mantra Agung sebanyak 21 kali ditujukan kepada ramuan tersebut, letakan satu koin tembaga ke dalam ramuan satu malaman, lafalkan Mantra Agung sebanyak 7 kali atau lebih, teteskan ke mata, maka penyakit akan sembuh.”

(* Pada jaman kedokteran yang serba modern dan higienis, sistem pengobatan di atas mungkin bisa diatasi oleh ilmu kedokteran masa kini, lafalkan Mantra Agung setulus hati dengan keinginan untuk segera sembuh, maka secara disadari atau tidak, karma baik dan kondisi berobat akan terbentuk atau orang-orang budiman akan segera membantu proses penyembuhan (kondisi demikian banyak dialami oleh Pelafal Mantra Agung di masa ini).)

“Jika seseorang sedang ketakutan, tidak merasa tentram pada waktu malam hari, atau ketakutan sewaktu memasuki dan meninggalkan rumah, buatkan kalung dari benang atau tali berwarna putih, kemudian lafalkan Mantra Agung sebanyak 21 kali ditujukan kepada kalung tersebut, buatkan simpul sebanyak 21 kali dan dikalungkan, maka ketakutan akan segera lenyap. Bukan hanya ketakutan, bahkan dosa-dosanya pun akan lenyap.”

“Jika siapa saja mendapati kemalangan dalam keluarganya, carikan cabang-cabang pohon jambu, potong sebanyak 1008 potongan, oleskan ghee (*) dan madu pada masing-masing ujungnya, lafalkan Mantra Agung sekali kemudian potongan dibakar, lakukan proses tersebut sebanyak 1008 kali, maka kemalangan akan segera lenyap. Ritual tersebut harus dilakukan di depan patung Sang Buddha.”

(* ghee: mentega dari susu sapi, tidak ada unsur air dalam kandungannya)

“Jika engkau melafalkan Mantra Agung sebanyak 21 kali ditujukan kepada potongan kain berwarna putih, kemudian diikat di lengan kanan, maka engkau akan selalu menang dalam perdebatan di semua tempat perdebatan.”

“Jika engkau mencari beberapa cabang berdaun dari pohon Mespilus germanica, kemudian dipotong menjadi 1008 potongan, oleskan ghee putih dari susu sapi asli dan madu di ujung potongan, lafalkan Mantra Agung ditujukan kepada tiap potongan kemudian dibakar, lakukan proses demikian untuk tiap 1008 potongan. lakukan 3 kali seharinya selama 7 hari, maka sebagai Ahli Mantra Agung, engkau akan menyadari Kebijaksanaan Agung dengan sendirinya.”

(* Untuk ritual seperti di atas, sangatlah sulit untuk melafal kira-kira lebih dari 3000 lafalan seharinya, Jika ada keraguan, mohon ditanyakan langsung kepada Bikhsu, Bikshuni, Upasaka atau Upasika Pelafal Mantra Agung atau Sukong Dharmasagaro, Mahayanaka, Vihara Vajrabodhi Bogor (Beliau ahli dalam hal mantra dan mudra). Atau tanyakan langsung melalui email ke City of 10000 Buddhas di San Fransisco (Master Hsuan Hua (telah tiada) adalah pelopor City of 10000 Buddhas, ketika masa mudanya sering melafal Mantra Agung Mahakaruna Dharani terhadap orang yang lumpuh atau sakit dengan bersikap anjali sambil mengitari sang pasien dan mereka langsung sembuh seketika. Beliau juga sangat ahli dalam hal meditasi.).)

“Jika engkau ingin menguasai makhluk halus yang sangat kuat dan perkasa, carikan beberapa kayu Wan-Tzee, lafalkan Mantra Agung sebanyak 49 kali ditujukan kepada kayu-kayu tersebut, oleskan ghee dan madu pada kayu-kayu tersebut dan kemudian dibakar semua.”

“Jika engkau mengisi bezoar sebanyak satu lerng penuh ke dalam botol yang terbuat dari batu permata biru (lapis-lazuli), kemudian di depan patung Bodhisattva Avalokitesvara yang Maha Pengasih, lafalkan Mantra Agung sebanyak 108 kali ditujukan kepada botol tersebut, oleskan bezoar ke sekujur badan, kemudian oleskan satu titik di kening, maka para Dewa, Naga, makhluk halus, manusia atau bukan manusia semua akan merasa senang.”

(* Bezoar: isi perut sapi yang keras berupa buah-buahan, pada jaman dulu digunakan untuk antidot racun)

“Jika diborgol atau dipenjara, cari feses dari burung merpati putih, lafalkan Mantra Agung sebanyak 108 kali ditujukan kepada feses tersebut, oleskan pada tangan dan pegang borgol dan kunci, maka borgol dan kunci akan terbuka dengan sendirinya.”

“Jika sepasang suami istri tidak rukun dan harmonis, keadaannya seperti air dan api, carikan bulu bagian belakang dari bebek mandarin, di depan patung Bodhisattva Avalokitesvara yang Maha Pengasih, lafalkan Mantra Agung sebanyak 1008 ditujukan kepada bulu-bulu tersebut dan berikan kepada kedua pasangan itu untuk dipakai, maka pasangan suami istri tersebut akan berbahagia dan saling menghormati dan mencintai satu dengan lainnya sampai akhir hayatnya.”

“Jika biji-bijian dan buah-buahan diserang dan dimakan oleh serangga, carikan abu bersih atau pasir bersih atau air bersih, lafalkan Mantra Agung ditujukan kepada abu atau pasir atau air tersebut, taburkan di sekeliling kebun dan pada tunas-tunas yang baru tumbuh, maka serangga akan pergi. Jika engkau memercikan Air Mantra pada pohon buah-buahan, maka serangga tidak akan berani memakan buah-buahan tersebut.”

“Untuk mencari kekayaan, kemakmuran atau segala kebutuhan hidup, gunakan Mudra Wish Fulfiling Jewel.

Untuk mencapai kehidupan yang stabil dalam segala kondisi yang tidak stabil, gunakan Mudra Pasa.

Untuk segala macam penyakit perut, gunakan Mudra Precious Bowl.

Untuk mengalahkan semua jenis makhluk halus, gunakan Mudra Precious Glave (double edge sword).

Untuk Mengalahkan semua dewa Mara dan Dewata, gunakan Mudra Vajra.

Untuk mengalahkan semua musuh, gunakan Mudra Vajra Pestle.

Untuk melenyapkan semua rasa takut dalam segala situasi, gunakan Mudra Abhayam-Dada.

Untuk menyembuhkan mata rabun, gunakan Mudra Mani Sun-Quintessence.

Jika seseorang menderita kepanasan, untuk melenyapkannya, gunakan Mudra Mani Moon-Quintessense.

Untuk mencapai jabatan yang lebih baik, gunakan Mudra Precious Bow.

Untuk bertemu dengan semua sahabat budiman secepat mungkin, gunakan Mudra Precious Arrow.

Untuk menyembuhkan semua penyakit dalam tubuh, gunakan Mudra Willow Branch.

Untuk melenyapkan semua halangan dan kemalangan dalam tubuh, gunakan Mudra White Whisk.

Untuk hubungan baik antar anggota keluarga, gunakan Mudra Precious Vase.

Untuk menghindari harimau, serigala, rubah, macan tutul atau binatang sejenisnya, gunakan Mudra Shield.

Untuk selalu merasa damai dan tentram, gunakan Mudra Axe-Tomahawk.

Untuk menguasai manusia baik lelaki atau wanita, gunakan Mudra jade Bracelet.

Untuk segala jasa dan pahala, gunakan Mudra Whita Lotus.

Untuk kelahiran di Tanah Suci Para Buddha di sepuluh penjuru, gunakan Mudra Blue Lotus.

Untuk kebijaksanaan agung, gunakan Mudra Precious Mirror.

Untuk bertemu dengan semua Para Buddha di sepuluh penjuru, gunakan Mudra Purple Lotus.

Untuk menjumpai harta berharga di bawah tanah, gunakan Mudra Precious Box.

Untuk mencapai keabadian para Pertapa Suci, gunakan Mudra Five Colored Cloud.

Untuk kelahiran di Surga Brahma, gunakan Mudra Bath Bottle.

Untuk kelahiran di Istana Surgawi, gunakan Mudra Red Lotus.

Untuk menghalau orang yang berhianat di tempat yang jauh, gunakan Mudra Precious Halberd.

Untuk memanggil semua Surga Dewata yang budiman, gunakan Mudra Precious Trumpet Shell.

Untuk menguasai semua makhluk halus, gunakan Mudra Skull Staff.

Untuk meminta Para Buddha di sepuluh penjuru untuk datang dan mengusapkan kepala, gunakan Mudra Prayer Beads.

Untuk mendapatkan Suara Brahma Agung, gunakan Mudra Precious Bell.

Untuk memiliki kelancaran dalam berbicara, gunakan Mudra Precious Seal.

Untuk selalu dijaga oleh para Dewa dan Raja Naga yang budiman, gunakan Mudra Kusinagara Iron Hook.

Untuk melindungi semua makhluk dengan welas asih, gunakan Mudra Tin Staff.

Untuk membuat semua makhluk saling menghargai dan mengasihi, gunakan Mudra Joining Palms.

Untuk kelahiran di sisi Sang Buddha selamanya, gunakan Mudra Nirmana Buddha.

Untuk kelahiran di Istana Para Buddha selamanya, dan tidak pernah terlahir dari kandungan, gunakan Mudra Nirmana Istana.

Untuk mendapatkan kepandaian dalam ilmu pengetahuan, gunakan Mudra Precious Sutra.

Jika engkau menginginkan dalam kehidupan saat ini sampai dengan kehidupan di masa depan saat pencapaian ke-Buddhaan, engkau tidak ingin lepas dari Hati Suci, gunakan Mudra Non-retrogression Gold Wheel.

Jika engkau menginginkan Para Buddha dari sepuluh penjuru tiba, mengusap dan meramalkan pencapaian ke-Buddhaan di masa mendatang, gunakan Mudra Summit Nirmana Buddha

Untuk buah-buahan, melon dan berbagai sayur mayur, gunakan Mudra Grape. Masih ribuan Mudra yang belum dijelaskan, Saya hanya memberitahukan sebagian saja.”

(* Untuk mengetahui hal mengenai Mudra (simbol tangan suci), mohon ditanyakan langsung kepada Bikhsu atau Bikhsuni aliran Vajrayana atau Mantrayana)

Bodhisattva Suryaprabha kemudian mengucapkan Mantra untuk para Pelafal Mantra Kasih Sayang dari Hati Suci yang Maha Agung, untuk perlindungan:


“Namo Buddha Kunami, Namo Dharma Mahadi, Namo Sangha Tayeni, DhriBhuBhi Sattva Yam Namo”


“Mantra ini dapat melenyapkan semua dosa, dan menghalau makhluk jahat termasuk bencana alam. Jika seseorang dapat melafal Dharani ini dengan membungkuk hormat di depan Para Buddha, 3 kali seharinya, maka di masa mendatang akan mendapatkan tubuh dan wajah yang rupawan.

Candraprabha juga mengucapkan Dharani untuk melindungi Sang Pelafal:


“Sumdhidi Tusuza Ahjamidi Uduza SumKiza Bolaidi Yemijaza Uduza Kuladiza Kimoza Svaha”


“Lafalkan Mantra ini 5 kali, buatkan Kalung-Mantra dari tali atau benang 5 warna, kemudian gunakan pada yang sakit. Mantra ini telah diucapkan oleh Para Buddha masa lampau sebanyak pasir dari 40 sungai Gangga, saat ini telah kuucapkan, untuk melindungi para Pelafal Mantra Agung, untuk menghalau rintangan dan kemalangan, untuk menyembuhkan semua penyakit serius dan melenyapkan semua penderitaan, untuk menyempurnakan semua ajaran Dharma, untuk melenyapkan rasa takut.”

Sang Buddha kemudian berkata kepada Ananda: “Engkau harus menerima dan mengingat Dharani Kasih Sayang Maha Agung ini dengan ketulusan hati, sebar-luaskan ke seluruh Jambudvipa dan jangan pernah membiarkannya lenyap. Dharani ini dapat memberikan manfaat yang besar kepada semua makhluk di Tiga Alam Kehidupan, semua makhluk yang menderita sakit dapat mengunakan Dharani ini untuk penyembuhan. Pohon kering pun dapat tumbuh cabang, bunga dan buah-buahan jika seseorang melafal Dharani Agung yang ditujukan pada pohon tersebut. Maka, tidaklah mungkin jika semua penyakit semua makhluk tidak dapat disembuhkan oleh Dharani ini.”

“Orang yang budiman, kekuatan luar biasa dari Dharani ini sungguh tak terbayangkan dan pujian agung tidak akan dapat melukiskannya secara penuh dan sempurna. Jika seseorang tidak menanam akar kebaikan sejak masa kehidupan yang sangat lampau, ia tidak akan mampu mendengar walau hanya nama dari Dharani ini, apalagi untuk dapat membacanya. Engkau semua dalam persamuan ini, baik para Dewa, manusia, Naga dan makluk halus harus berbahagia mendengar pujianku. Perkataan yang menjelekkan Dharani ini, berarti sama dengan menjelekkan Para Buddha sebanyak pasir dari 9,9 milyar sungai Gangga.

Jika ada siapa saja yang merasa ragu atau tidak mempercayai Dharani ini, kita semua seharusnya tahu bahwa ia benar-benar kehilangan manfaat besar selamanya. Selama milyaran kalpa, ia akan jatuh ke alam penderitaan (makhluk neraka, makhluk halus kelaparan dan alam binatang) dan tidak dapat membebaskan diri, ia tidak akan dapat bertemu Para Buddha, tidak akan dapat mendengar ajaran Dharma dan tidak akan dapat bertemu Sangha.”

Setelah mendengar Sang Buddha Sakyamuni Tathagataya mengagungkan Dharani ini, semuanya dalam Persamuan Agung, Para Bodhisattva-Mahasattva, Vajrasattva, Brahma, Dewa Sakra, para Dewata, 4 Dewa Caturmaharajaloka, Naga dan para makhluk halus semuanya merasa bahagia, mereka menerima ajaran Dharma ini dengan penuh hormat dan langsung menjalankannya.


Mantra Kasih Sayang Maha Agung dalam ucapan Sansekerta dimana versi ejaan Hanyu Pinyin berasal:


Namo ratna-trayāya

Namo āriyā-valokite-śvarāya

Bodhi-sattvāya Maha-sattvāya Mahā-kārunikāya

Om sarva rabhaye sudhanadasya

Namo skritva imam āryā-valokite-śvara ramdhava

Namo narakindi hrih Mahā-vadha-svā-me

Sarva-arthato-śubham ajeyam

Sarva-sata Namo-vasat Namo-vāka mavitāto

Tadyathā Om avaloki-lokate-karate-e-hrih

Mahā-bodhisattva Sarva sarva Mala mala

Mahi Mahi ridayam Kuru kuru karmam

Dhuru dhuru vijayate Mahā-vijayati

Dhara dhara dhrini śvarāya cala cala

Mama vimala muktele

Ehi ehi śina śina ārsam prasari

viśva viśvam prasaya

Hulu hulu mara Hulu hulu hrih

Sara sara Siri siri Suru suru

Bodhiya Bodhiya Bodhaya Bodhaya

Maitreya narakindi dhrish-nina bhayamana svāhā

Siddhāya svāhā Maha siddhāya svāhā Siddha-yoge-śvaraya svāhā

Narakindi svāhā Māranara svāhā śira simha-mukhāya svāhā

Sarva mahā-asiddhaya svāhā Cakra-asiddhāya svāhā

Padma-kastāya svāhā Narakindi-vagalāya svaha

Mavari-śankharāya svāhā

Namo ratna-trāyāya

Namo āryā-valokite-śvaraya svāhā

Om Sidhyantu mantra padāya svāhā



Terjemahaan Mantra Kasih Sayang Maha Agung kedalam Bahasa Indonesia oleh Suhu Virya Guna, Avalokitesvara Vipassana Graha:


Aku bersujud ke hadapan Triratna

Aku bersujud ke hadapan Yang Mahatahu

Bodhisattva, Makhluk Agung, Yang Mahapengasih

Om , Beliau yang serba-tak-kenal-gentar

Aku bersujud dengan memasuki batin Yang Mahatahu

Aku bersujud ke hadapan Beliau Yang Berleher-biru, Yang Memiliki Kebajikan Agung

Yang Memiliki Kemuliaan Tak-terkalahkan. Yang memberikan kebahagiaan kepada semua makhluk dari keluarga apa pun di seluruh alam

Demikian: Om , Yang Mahatahu.Yang mengatasi dunia ketidak kekalan ini

Oh, Hari Bodhisattva agung semua mustika

Yang Berhati-agung, membuat kesuksesan, kesuksesan (bagi pembacanya)

Kemenangan yang gemilang, kemenangan yang agung

Seru-sekalian-alam, waspada, waspadalah

Guncang, guncanglah, bebaskan aku dari noda batin

Datang, datanglah, dengar,dengarlah kegembiraan yang muncul.

Terjadilah, terjadilah dari awal, awal yang baik

Esa, Esa, pergi, bencana, bencana, iri, iri, lenyap, lenyap

Cerah, cerahlah; bangun, bangunlah

Aku bersujud ke hadapan Beliau - Yang Penuh Welas-asih, Yang Berleher -biru, Yang Patut Dipandang

Yang Tak kenal gentar, svaha. Yang Gaib, svaha. Yang Maha-gaib, svaha

Beliau, Pertapa Yogi Gaib Yang Selalu mendengar, svaha. Yang Berleher-biru, svaha

Beliau Yang Laksana-banteng, svaha. Yang berwajah-singa, svaha

Beliau yang memiliki kemampuan gaib agung, svaha. Beliau yang memiliki kegaiban cakra, svaha.

Pemegang Bunga-teratai, svaha. Pencipta Berleher-biru, svaha

Maha mulia nan agung yang penuh kasih sayang, pemurah, svaha

Aku bersujud ke hadapan Triratna

Aku bersujud ke hadapan Yang Mahatahu, svaha

Om , semoga jalan mantra ini menghasilkan kegaiban, svaha.


Mantra Kasih Sayang Maha Agung dalam ucapan Sansekerta versi Tibet dari Bodhisattva Avalokitesvara Sebelas Wajah yang banyak dilagukan:


Namo Ratna Trayaaya

Namah Aarya jn~aana Saagara Vairocana

Vyuuha Raajaaya Tathaagataaya Arhate Samyak-sambuddhaaya

Namah Sarva Tathaagatebhyah Arhatebhyah  

Samyak-sambuddhebhyah

Namah Aarya avalokite S/varaaya  

Bodhisttvaya Mahaa-sattvaya Mahaa-kaarun.i-kaaya

Tadyathaa Aum Dhara dhara Dhiri-dhiri Dhuru-dhuru

It.t.e va-it.t.e cale cale Pra-cale-pra-cale

Kusume kusumavare ilim ili citi

jvala maapanaaya svaahaa

Senin, 28 Juni 2010

Persahabatan Tri Dharma

Tri Dharma mengacu pada 3 ajaran yaitu Budhisme, Taoisme dan Konfusianisme/ Ruisme, ada sebuah kisah menarik tentang persahabatan dan kerukunan diantara ke3 umat agama tersebut:
Hui Yuan(334-416), seorang Bhiksu yang dihormati dan berpengaruh pada masa dinasti selatan suka hidup menyepi di gunung LuShan. Dia memiliki kebiasaan yaitu tidak akan mengantar tamunya sampai jembatan sungai kecil dekat rumahnya, karena bila dia sampai melintasi jembatan tersebut secara misterius seekor harimau muncul dan mengaum untuk memperingatkannya.
Suatu ketika Lu Xiu Jing(406-477) seorang Taois datang berkunjung bersama temannya seorang sastrawan terkenal yang menganut Ruisme(Kongfusianisme) Tao Yuan Ming (365–427). Mereka bertiga ternyata sangat cocok. Karena keasyikan mengobrol, ketika Hui Yuan akan mengantar tamu2nya melintasi jembatan harimau tersebut muncul dan memperingatkannya. Harimau tersebut berkali2 mengaum dan mereka bertiga rupanya terlalu asyik mengobrol sembari tertawa.
Dari cerita ini bisa dilihat bahwa Budhisme, Taoisme maupun Konfusianisme/ Ruisme ternyata dapat hidup rukun tanpa pemusuhan...

Pendapat pribadi
Alangkah senangnya bila kini ke3 agama ini bisa tetap rukun, ngga ada yang namanya saling menghina dan mencela... Apa jadinya klenteng kalau didalamnya ke3 agama tersebut ngga rukun?

Reteller by: Wang'ZW

Asal Usul Tradisi membakar Uang saat Upacara Kematian


Tradisi unik yang dimiliki orang China yaitu membakar uang2 kertas, orang2an sebagai pelayan, rumah2an, berbagai macam kendaraan (tandu, mobil, pesawat), gunung emas-gunung perak, dll bila dilihat dari sejarahnya bisa dilihat dari kebiasaan masyarakat China kuno pada waktu pemerintahan kaisar2 kuno...

Seperti kepercayaan kuno bangsa2 lain yang menyertai harta kubur dalam pemakaman (Mesir dengan Piramidnya, Yunani, bahkan penduduk pulau jawa kuno, dll), bangsa China kuno juga memiliki kepercayaan yang sama. Sewaktu seorang kaisar atau bangsawan meninggal, dibuatkan sebuah makam besar untuknya (biasanya berada digua), semua benda kesayangannya ikut dikubur bersamanya, emas, perak, kuda kesayangannya serta para budak2nya.(mau lebih jelas, silahkan nonton film Confisius yang diperankan oleh ChouYunFa)

Tetapi lama kelamaan karena perbuatan ini dinilai terlalu kejam dan "menyia-nyiakan" SDM yaitu para budak, maka para budak, kuda, dsb diganti dengan patung terakota (yang paling terkenal adalah terakota kaisar Qin Shi Huang Di dari dinasti Qin yang tingginya sekitar 2 meter). Harta kubur berupa terakota ini tidak berakhir begitu saja pada dinasti Qin ini...bahkan bukti arkeologis akhir2 ini ditemukan patung2 terakota di makam kaisar2 dan bangsawan2 dinasti Tang (walupun ukurannya lebih kecil tetapi menampilkan seni ukir yang luar biasa)
Perbuatan ini pun ditiru oleh rakyat biasa... oarang2 kaya bisa saja menyuruh pematung membuat patung2 namun lebih kecil, tetapi orang2 biasa yang tak memiliki uang terpaksa memakai kertas sebagai media harta kubur, setelah disembayangi baru kemudian "harta kubur" tersebut dibakar untuk mengiringi kepergian si almarhum.

Kemudian tradisi ini meluas dan ditiru oleh yang lainnya hingga sampai sekarang dengan berbagai macam modifikasinya.

by: Wang'ZW

Jumat, 25 Juni 2010

Tai Sui Ye


Yin Qiao
Tai Sui Ye (Hindu Budha: MahaKala | Pewayangan Jawa: Bathara Kala)
Sang Dewa Penguasa Waktu


YinQiao adalah karakter favoritku dikisah FengShen YanYi(Penganugrahan Dewa) setelah JiangZiYa.... YinQiao adalah putra dari kaisar ZhouWang (Kaisar terakhir dinasti Shang) yang lalim...Dengan kata lain dia adalah Putra Mahkota Dinasti Shang.Sewaktu dilahirkan, dia berbentuk bola2 daging(mirip Nezha?), atas hasutan DaJi, selir Kaisar ZhouWang(yang juga siluman rubah betina yg berniat memperalat Kaisar) menyuruh membuang bola tersebut. tetapi oleh JiangFei, Permaisuri Kaisar ZhouWang/ibu YinQiao bola daging itu dipelihara.Lalu keluarlah seorang bayi yang diberi nama YinQiao.Beberapa tahun kemudian, Daji memfitnah JiangFei yg berakibat meninggalnya JiangFei, YinQiao yang marah mencabut pedang dan berusaha membunuh Daji. Oleh Kaisar ZhouWang YinQiao dihukum penggal. Beruntung YinQiao dibawa lari oleh pertapa dari gunung KunLun....
YinQiao dilatih ilmu kedewaan guna membalas kematian Ibundanya. Dilain pihak, JiangZiYa mendapat mandat dari Maha Dewa YuanShiTianZun untuk melakukan Proyek Para Dewa (Fengshen Project),meruntuhkan Dinasti Shang dan membangun Diansti Zhou...untuk itu JiangZiya membutuhkan banyak perwira2 tangguh...diantaranya ada YangJian (Dewa Erlang) LiNeZha, LeiZhenZi, dll. YinQiao yang sudah siap bertempur untuk Zhou diperintahkan gurunya turun gunung. YinQiao diberi sebuah Wasiat yg merubah wujudnya menjadi raksasa seperti Ashura...tubuhnya menjadi gelap(Hitam atau biru?), tangannya menjadi 6 pasang dengan senjata2 ditangannya,BaoBei FanTianYing(Segel Takdir Langit) dan mampu menguasai waktu.

Sewaktu turun gunung, dia bertemu ShengGongBao(Pertapa yang menjadi rival JiangZiYa) yang menasihatinya untuk membela Shang yang merupakan tanah airnya bukannya Zhou musuh Ayahandanya. Akhirnya YinQiao pun balik arah dan menyerang XiQi(Ibukota Zou), menggempur habis2an kota XiQi hingga banyak perwira Zhou yang gugur ditangan YinQiao...Sewaktu bertarung dengan JiangZiYa, YinQiao menyadari bahwa sebelum turun gunung dia bersumpah diahadapan gurunya bahwa dia akan membantu JiangZiYa, bila melanggar maka dia akan mati tergencet gunung. JiangZiYa mati2an menasihati YinQiao untuk nyawanya.

Kemudian Maha Dewa YuanShiTianZun membuat 2 buah gunung menggencet tubuh YinQiao. YinQiao yang sudah tak berdaya merelakan dibunuh oleh JiangZiYa.Akhirnya YinQiao gugur setelah dipenggal oleh WuJi (murid JiangZiYa), tak ada penyesalan dihati YinQiao, bahkan dia meninggal dengan tersenyum...Dia telah membela tanah airnya Shang....Setelah peperangan selesai dengan kemenangan Zhou, atas perintah Maha Dewa YuanShiTianZun, JiangZiYa mendirikan FengShenTai(Panggung penganugrahan Dewa) dan mengangkat perwira2 dari Zhou maupun Shang sebagai dewa. YinQiao diangkat sebagai TaiSuiYe(Dewa penguasa waktu)


Diambil dari kisah Feng Shen Yan Yi (Penganugrahan Dewa)

Karakter YinQiao ini aku ciptakan waktu pembuatan komik "GOD's PROJECT" Tugas Akhir Diploma III...
belakangan desain karakternya berubah lagi pas ak liat gambar MahaKala...


Ilustrated by: Wang'ZW (Do not copy without my permission)
Reteller by: Wang'ZW

Selasa, 22 Juni 2010

Tian Long Ba Bu


Tian Long Ba Bu / 天龍八部
Para pelindung Buddha Dharma


Mereka sudah ada sebelum ada agama Hindu dan Buddha. Setelah Sidharta menjadi sang Buddha, mereka bersama-sama menjadi pelindung sang Buddha.


Deva/Tian 天

Para Dewa terbagi dari tingkat tertinggi hingga tingkat terendah, didalamnya termasuk Brahma, Shiva, Vhisnu, Indra, Bayu, Varuna, Yama Deva, Catur Maha Raja, Bodhidruma, Hariti, dll.


Naga/Long龍

Naga versi Buddha agak sedikit berbeda dengan naga versi China. Mereka termasuk golongan ular-ular besar yang menguasai langit dan lautan. Terkadang Long disamarkan dengan Naga versi Buddha yang berasal dari India yaitu ular kobra raksasa yang berkepala banyak dan mereka menjadi musuh alami para Garuda.


Ashura/A Xiu Luo 阿修羅

Ashura / Asura / Asyura असुर(阿修羅 A xiu luo) adalah adalah makhluk mitologi yang berasal dari India (kemudian diadopsi oleh umat Hindu dan Buddha). Di kisah2 Hindu Ashura digolongkan kedalam bangsa Detya yaitu bangsa para iblis (Yaksha, Raksasa, Ashura, dll) yang menjadi musuh para Dewa (Adetya). Kisahnya diceritakan dalam kitab Adiparwa (bab pertama Mahabarata), bermula ketika para Detya dan Adetya bahu membahu mengambil tirta amerta didasar samudra. Kemudian tirta amerta diambil oleh para dewa, para detya yang merasa mempunyai hak meminum tirta amerta pun meminta bagian mereka, tetapi oleh para dewa tirta amerta dibawa kekhayangan. Sejak itu bangsa Detya yang dipimpin oleh Ashura selalu menyerang surga Indra untuk merebut Tirta Amerta kembali.
Dalam kisah Buddhis, Ashura merupakan makhluk yang berada 6 jalur kehidupan reinkarnasi (Dewa / surga, manusia, Ashura {terkadang diletakan diatas manusia hingga Ashura dikenal sebagai 1/2 dewa}, Hewan, Neraka, setan kelaparan). Dalam jalur reinkarnasi ini, Ashura adalah semua makhluk termasuk manusia maupun dewa yang jatuh kedalam angkara murka, setelah meninggal, mereka bereinkarnasi kealam Ashura dimana para Ashura suka sekali berperang, sehingga dialam Ashura selalu ada perang. Seperti halnya manusia, Ashura ada yang baik ada pula yang jahat, beberapa Ashura yang baik bersama2 menjadi pelindung sang Buddha.
Di dalam beberapa aliran Esoterik Buddha seperti Shingon (mantrayana) dijepang menganggap Ashura sebagai salah satu pelindung Buddha, sehingga Ashura disejajarkan dengan dewa, naga, garuda, Yaksha, Kinnara, Mahoraga dan Ghandarva (selanjutnya mereka ber8 disebut Tian Lung Ba Bu / Hachi Bushu). Disini Ashura digambarkan sebagai seorang raksasa bertangan 3 pasang dan berkepala 3(muka2nya digambarkan marah dan sedih), kadang disetiap tangannya terdapat bermacam2 senjata tajam (tangan depannya beranjali, tangan2 lainnya kadang memegang panah, busur, cermin, matahari dan bulan), dia digambarkan pemarah tapi kadang murah hati tetapi suka berperang.
Dalam bahasa pali Asyura berarti seseorang yang tidak tersentuh oleh cahaya, tetapi juga bisa diterjemahkan orang yang tidak minum surah (alkhohol). Tampaknya kisah ini diambil dari salah satu kisah Ashura yang sebenarnya penguasa surga Trayastrimsha, tetapi dia diusir oleh dewa Sakra / Indra ketika mereka sedang mabuk. Ashura yang kehilangan tempat tinggalnya sejak itu selalu meyerang surga Trayastrimsha yang kini dikuasai oleh dewa Indra. Sejak itu pula Ashura bersumpah tidak akan pernah minum minuman keras lagi.


Yaksha/Ye Cha 夜叉


Yaksha 夜叉(China : Ye Cha - jepang Yasha)adalah makhluk mitologi yang berasal dari India (kemudian diadopsi oleh umat Hindu dan Buddha). Dalam kisah Hindu maupun Buddha Yaksha diceritakan sebagai makhluk halus seperti peri / bidadari yang tinggal didalam hutan dan gunung, tetapi terkadang diceritakan sebagai bangsa yang liar, kasar dan brutal sehingga Yaksha terkadang disamakan dengan para Raksasa. Yaksha laki2 biasa digambarkan dengan tubuh tinggi besar dengan sosok menakutkan, sedang Yaksha wanita atau biasa disebut Yakshi digambarkan sangat cantik, lemah gemulai dengan bagian tubuh dada dan pinggul yang besar.
Contoh Yaksha yang menjadi pelindung Buddha yaitu The 12 Jenderal langit 十二神将 yang menjadi pengawal Bhaisajyaguru Budha (Budha pengobatan / Yàoshī Rúlái).


Garuda/Jia Lou Luo 迦樓羅


Garuda 迦樓羅 (China : Jia Lou Luo - Jepang : Karura) adalah makhluk mitologi yang berasal dari India (kemudian diadopsi oleh umat Hindu dan Buddha). Garuda berwujud raksasa berkepala dan bersayap burung, bagian atas tubuhnya berwarna merah, bagian bawah tubuhnya berwarna putih, seluruh tubuhnya diliputi sinar keemasan. Apabila terbang, sayapnya menutupi langit, kepakan sayapnya menimbulkan angin besar. Ketika Garuda lahir, teriakan dan kepakan sayapnya memporak porandakan khayangan, hingga Dewa Indra turun menenangkannya. Dia memiliki banyak julukan, salah satunya yaitu Gaganesvara (penguasa langit).
Menurut kisah Adhiparwa (bab pertama Mahabaratha) dikisahkan kelahiran Garuda (disini dia dinamakan Garudeya{mungkin generasi pertama dari bangsa Garuda}), bagaimana dia diperbudak oleh kakak2nya para naga hingga melepaskan diri dari perbudakan kakak2nya dengan mencuri tirta amerta dari surga Indra hingga harus bertarung dengan dewa Indra. Dewa Indra yang kalah meminta bantuan kepada dewa Whisnu. Kemudian dewa Whisnu membebaskan Garudeya dan Ibunya dari perbudakan para naga setelah mengalahkan Garudeya (skemudian Garudeya menjadi wahana dewa Whisnu). Sejak itu para garuda yang masih mendendam kepada para naga kemudian memburu dan memakan para naga.
Setelah Sidharta menjadi Buddha, para naga datang memohon kepada sang Buddha untuk menolongnya dari ancaman para garuda. Awalnya garuda menolak utk tidak memakan para naga, kemudian sang Buddha berjanji bahwa apabila murid2 sang Buddha berdoa berkah makanan, maka Garuda juga akan mendapat berkah makanan dari murid2 sang Buddha.
Kisah ini juga erat hubungannya dengan peninggalan mantra kuno berbahasa jawa kuno yang ditemukan disebuah pura Cakranegara di lombok, mantra itu dinamakan garudeyamantra, dilafalkan pada waktu mau makan untuk menangkal racun yang mungkin ada dalam makanan atau minuman,
mantra itu berbunyi :

Putih warna ning pupu nira makahingan ing nabhi, Mirah warna ning dada nira makahingan ing gulu
(Putih adalah warna pahanya sampai ke perut, Merah adalah warna dadanya sampai ke leher)




Gandharva/Gan Ta Po 乾闥婆

Para bidadara dan bidadari (malaikat).
Keterangan lanjut lihat Kinnara


Kinnara/Jin Na Luo 緊那羅


Kinnara 緊那羅 (China :Jin Na Luo - Jepang : Kimnara), Gandharva (laki-laki) 乾闥婆 (China : Gan Ta Po - Jepang : Kendatsuba), Apsara (perempuan) 天人 Tian Ren-Tennin / 飛天 Fei Tian-Hitten / 天女 Tian Nii-Tennyo / Kalavinka 迦陵頻伽, adalah makhluk2 surgawi dari mitologi India (kemudian diadopsi oleh umat Hindu dan Buddha). Mereka semua dikatakan pandai bernyanyi, bermain musik dan menari, mereka juga disejajarkan dengan malaikat dari dunia barat, sehingga mereka dikenal sebagai malaikat (bidadara-bidadari) dari timur. Kinnara digambarkan sebagai manusia dengan bagian bawah tubuhnya berupa burung angsa (beberapa kisah di India mengatakan berbadan kuda - centaur?). Wujud Kinnara bisa kita lihat di relief di candi Agung Borobudur. Konon Kinnara pernah turun kebiara Shaolin sebagai juru masak kuil, Kinnara kemudian menciptakan masakan vegetarian yang kita kenal sekarang yaitu Luo Han Cai (Sayur vegetaris Lohan). Gandharva dan Apsara terkadang disamakan, bahkan kadang dianngap pasangan, bila Gandharva menyanyi satau bermain alat musik, maka Apsara akan menyanyi dan menari mengiringinya. Gandharva dan Apsara digambarkan seprti sosok manusia pada umumnya, hanya saja mereka sering digambarkan sedang terbang dengan selendang yang melambai2 terkadang bersayap dan berada diatas awan. Karena kesamaan ciri ciri tersebut ketiga makhluk ini juga sering disebut Kalavinka (manusia bersayap / malaikat).


Mahoraga/Ma Ho Luo Jia 摩睺羅迦

Ular yang sangat besar, berjalan dengan perutnya. Sayangnya tidak ada info jelas mengenai makhluk ini, bahkan untuk image gambarnya tidak ada. Dijepang ada arca Tian Long Ba Bu (Hachi Busshu) ini, hanya saja info mengenai Mahoraga sangat kurang sekali.

Ilustrated by: Wang'ZW (Do not copy without my permission)
Reteller by: Wang'ZW

Selasa, 01 Juni 2010

Anak Anak Naga

BEI XI
Suka mengangkat benda berat
Aplikasi: Penyangga Prasasti

PU LAO
Suka Berteriak
Aplikasi: Oernamen pada lonceng dan genta

BI GAN
Suka mengobrol dan berdebat
Aplikasi: Hiasan diatas pintu penjara

TAO TIE
Suka makan
Aplikasi: Ornamen di bejana perunggu kaki tiga(yang berfungsi sebagai tempat makanan dan minuman)

BA XIA
Suka bermain Air
Aplikasi: Ornamen pada saluran air (Seperti patung Gargoyle dibarat)

YA CI
Suka membunuh dan berperang
Aplikasi: Ornamen di senjata dan zirah perang

SUAN NI
Suka duduk tenang dan bermain api
Aplikasi : Oernamen di pedupaan (Hiolo) dan sebagai alas dudukan Budha dan Bodhisatva

JIAO TU
Suka menyendiri dan tertutup
Aplikasi: Pegangan pintu di Istana maupun di kuil-kuil

QIU NIU
Suka bermain musik
Aplikasi: Ornamen di alat musik

by: Wang'ZW

Garudheya

Mitos Garudheya hidup di kalangan masyarakat Jawa kuno, khususnya yang mendapat pengaruh Hinduisme. Mitos ini mengisahkan perjuangan seorang anak untuk membebaskan ibunya dari penderitaan. Alkisah di sebuah pertapaan, tinggal seorang resi bernama Resi Kasyapa dengan dua orang istrinya, Dewi Winata dan Dewi Kadru. Walaupun kedua istri sang resi tersebut bersaudara kandung, namun di antara keduanya terjadi persaingan keras untuk mendapatkan perhatian yang lebih dari suaminya. Oleh karena itu, keduanya merasa gelisah ketika mereka tak juga dikaruniai putra.

Pada suatu hari, Dewi Winata kedatangan seorang dewa yang menghadiahkan sebuah telur kepadanya. Dewa itu berpesan agar Dewi Winata menjaga telur itu baik-baik hingga saatnya menetas nanti dan merawat makhluk yang keluar dari dalam telur tersebut. Sang Dewi lalu menyimpan telur di tempat tersembunyi. Pada saat yang bersamaan ternyata Dewi Kadru juga mengalami hal yang sama. Setelah tiba waktunya, telur yang diberikan kepada Dewi Winata menetas dan dari dalam telur tersebut keluar seekor anak burung. Sementara itu, telur milik Dewi Kadru juga menetas dan dari dalamnya keluar beberapa ekor ular. Kedua wanita itu merawat anak-anak angkat mereka dengan baik. Anak angkat Dewi Winata tumbuh menjadi seekor garuda yang diberi nama Garudheya, sementara anak-anak Dewi Kadru tumbuh menjadi naga.

Walaupun masing-masing telah mempunyai anak angkat, persaingan di antara kedua wanita tersebut tidak mereda. Pada suatu hari, Dewi Kadru menipu kakaknya dalam sebuah taruhan, sehingga ia memenangkan taruhan tersebut. Dewi Winata yang kalah harus menjadi budak Dewi Kadru dan anak-anaknya. Garudheya sangat sedih melihat penderitaan ibunya. Setelah dewasa, Garudheya berusaha mencari cara untuk membebaskan ibunya dari perbudakan. Akhirnya Garudheya berhasil mendapatkan keterangan bahwa ibunya akan bebas dari ikatan perjanjian dengan tebusan tirta amerta (air kehidupan) yang tersimpan di kahyangan dan dijaga oleh Dewa Wisnu. Setelah melalui berbagai perjuangan, Garudheya berhasil mendapatkan izin dari Dewa Wisnu untuk mengambil tirta amerta yang diperlukan untuk meruwat (membebaskan dari penderitaan) ibunya dengan syarat ia harus menjadi tunggangan Dewa Wisnu.