Senin, 25 Juni 2012

Xuan Zhang玄奘, Sang Bhiksu Pengelana



Pendeta Tong (602~664 M) yang kita kenal dalam cerita "Xi You Ji" "Perjalanan ke Barat" adalah tokoh sejarah Dinasti Tang dalam peranannya sebagai pendeta Buddhis. Ia terkenal bukan hanya sebagai seorang agamawan, namun juga pengelana dan penerjemah termashyur di masanya. Ia lahir di Luo Jhou, sekarang di propinsi Henan dengan nama Chen Hui, anak keempat dari seorang terpelajar yang menjabat sebagai pejabat bupati Kabupaten Jiang Lin. Untuk selanjutnya, namanya terkenal dengan nama Buddhis-nya Xuan Zhang玄奘, Tang Xuan Zhang 唐玄奘, Tang San-zang 唐三藏/Tong Sam-cong(San Zang berati Tripitaka dalam bahasa mandarin). Perlu diketahui Xi You Ji adalah novel yang ditulis oleh Wu Cheng-en dari Dinasti Ming. Jadi, novel tadi sebenarnya cuma berlatar belakang sejarah, namun bukanlah sejarah kehidupan pendeta Tong itu sendiri.




Pada umur 13 tahun, ia memutuskan untuk menjadi biksu bersama 2 saudaranya di Luo Yang. Namun karena saat itu ada kekacauan pergantian Dinasti Sui ke Dinasti Tang, maka mereka kemudian mengungsi ke Chang-an, lalu menuju ke Chengdu. Di Chengdu, ia mempelajari banyak pengetahuan mengenai agama Buddhis. Ia kemudian menyadari bahwa buku2 tentang agama Buddha sangat sedikit dan tak mencukupi bagi perkembangan agama Buddha di Tiongkok. Inilah yang menjadi motivasinya untuk belajar ke India dengan tujuan menerjemahkan seluruh ajaran agama Buddha ke dalam bahasa Han dan menyebarkannya di Tiongkok.



Pada tahun 627 M, sewaktu berumur 25 tahun, ia memulai perjalanannya ke Barat (India). Namun karena pada saat itu menurut peraturan kerajaan, orang yang mau keluar negeri menuju pedalaman Barat haruslah mendapat izin Kaisar, iapun meminta izin dari Kaisar, namun ditolak sampai dua kali. Ia memutuskan untuk pergi diam-diam, melalui Chang-an, sampai ke Chin Zhou, Lan Zhou, Liang Zhou. Sampai di Liang Zhou, ia mendengar berita bahwa Kaisar memerintahkan pengejaran dan penangkapannya. Saat ini, ia cuma dapat meneruskan perjalanan pada malam hari dan bersembunyi siang hari.

Kesulitan dalam perjalanan tidak menyebabkan ia surut dan mundur, ia meneruskan perjalanan melalui Gansu, Turkestan Timur (sekarang Xinjiang), Turkestan Barat (sekarang Kazakhstan) dan sampai ke India melalui Afghanistan. Ia mengambil jalan seperti ini untuk menghindari jalan bergunung2 ke Tibet dan pegunungan Himalaya. Ia belajar di sana selama 15 tahun (dalam beberapa versi sejarah mengatakan 17 tahun) sebagai pelajar asing dan menguasai 19 bahasa daerah di seluruh India. Setelah itu ia pulang ke Tiongkok dengan ribuan gulung kitab suci tentang agama Buddha dan catatannya mengenai ratusan kerajaan besar dan kecil yang dikunjunginya selama perjalanan tadi.



Ia kemudian menghabiskan puluhan tahun sampai akhir hayatnya untuk menerjemahkan 1300-an gulung kitab suci agama Buddha dari bahasa India ke dalam bahasa Han untuk dipelajari generasi mendatang. Tidak ada catatan tentang Injil ataupun Timur Tengah di sini. Saya pernah melihat ulasan National Geographic mengenai pendeta Tong yang mereka sebut sebagai "explorer""traveller" yang berjasa bagi catatan kebudayaan, geografi, arkeologi dan agama Buddha itu sendiri.


Rinto Jiang budaya-tionghoa.net


Xuanzang dikenal luas atas usahanya menerjemahkan teks Agama Buddha ke Bahasa Mandarin. Ia juga mendirikan sekolah Agama Buddha Faxiang yang walaupun tidak bertahan lama, namun memberikan pengaruh yang besar. Selain itu, beliau juga diketahui mencatat kejadian-kejadian penting yang terjadi di kerajaan India utara, Harsha.




Tahun 646, atas permintaan kaisar, Xuanzang menyelesaikan bukunya yang berjudul Perjalanan ke Barat di Dinasti Tang (大唐西域記), yang menjadi sumber utama sejarah abad pertengahan Asia Tengah dan India. Buku ini pertama kali diterjemahkan ke dalam Bahasa Prancis oleh Stanislas Julien tahun 1857. Adapun buku biografi mengenai Xuanzang yang ditulis oleh bhikkhu Huili (慧立). Kedua buku tersebut pertama kali diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris oleh Samuel Beal, pada tahun 1884 dan 1911

Perjalanan Xuanzang melalui Jalur Sutra dan legenda yang bermunculan, menginspirasikan novel Perjalanan ke Barat, salah satu dari mahakarya klasik literatur Tiongkok. Tokoh Xuanzang di dalam novel adalah reinkarnasi dari seorang murid Sang Buddha, dan dilindungi oleh tiga murid sakti. Salah satunya adalah Sun Wukong, karakter yang populer di kebudayaan Tiongkok.

Pada zaman Dinasti Yuan, terdapat sebuah opera oleh Wu Changling (吳昌齡) yang menceritakan perjalanan Xuanzang mengambil kitab suci.

wikipedia


Ilustrated by: Wang'ZW (Do not copy without my permission)

2 komentar:

  1. Dear sisters and brothers in Buddhism,

    today the deeply distressing news reached me from Xian, that they plan to demolish Xingjiao Si temple! The place, where the last remains of venerable Xuanzang are buried in a big old pagoda.
    They want to remove the old sacred temple to build a big modern place for tourism to earn money with his holy name, profane the historical heritage of Xingjiao temple. I personally visited Xingjiao temple and many other places of Xuanzangs life. His lifework touched my soul. So I call all Brothers and sisters in Buddhism to spread this news, make this plans public and fight for this place, so that great Xuanzang also in future can rest in peace on this wonderful place close to Xian.

    Andi

    BalasHapus
  2. Hhhhhhh......
    ngenes liat kondisi tanah leluhurku -_-
    budaya yang sedemikian agungnya mau dihilangkan....& dibiarkan diakui ma korea.....

    BalasHapus