Sabtu, 21 Agustus 2010

Relikui Kematian - The Deathly Hallows



Relikui Kematian - The Deathly Hallows adalah tiga benda pusaka sihir fiksi yang diceritakan dalam buku Harry Potter dan Relikui Kematian karya J. K. Rowling dan menjadi judul dari novel tersebut. Ketiga benda tersebut adalah Tongkat sihir Elder (Elder Wand), Batu Kebangkitan (Resurrection Stone), dan Jubah Gaib (Cloak of Invisibility). Diceritakan dalam novel tersebut, terdapat legenda di dunia sihir bahwa orang yang berhasil menggabungkan ketiga benda tersebut akan mendapatkan kemampuan untuk mengalahkan kematian.

Menurut penulis J. K. Rowling, sumber ide mengenai ketiga benda ini "mungkin" adalah kisah The Pardoner's Tale bagian dari The Canterbury Tales karya Geoffrey Chaucer

Relikui Kematian ditampilkan dalam novel ini dalam simbol yang digambarkan sebagai sebuah lingkaran di dalam segitiga sama sisi, dan keduanya terbagi dua dengan sebuah garis vertikal. Lingkaran ini melambangkan Batu Kebangkitan, segi tiga melambangkan Jubah Gaib, dan garis vertikal menggambarkan Tongkat sihir Elder. Menurut karakter Xenophilius Lovegood, ayah dari kawan Harry Potter, Luna Lovegood, editor dari majalah fiksi The Quibbler, simbol ini digunakan oleh para penyihir yang mempercayai legenda Relikui Kematian. Karena simbol ini juga sering digunakan oleh Gellert Grindelwald, seorang penyihir hitam dalam kisah yang melatarbelakangi novel ini, banyak penyihir yang keliru menganggapnya sebagai simbol Sihir Hitam. Dalam acara resepsi Bill dan Fleur Weasley, misalnya, Viktor Krum tampak terkejut ketika melihat Xenophilius memakai simbol yang mengerikan sejak enam puluh tahun silam.

Kisah Tiga Saudara (The Tale of the Three Brothers)

Dalam novel ini, Albus Dumbledore mewariskan Hermione Granger sebuah buku kuno berjudul The Tales of Beedle the Bard dalam wasiatnya. Ketika Hermione membaca buku tersebut, ia menemukan sebuah simbol aneh yang digoreskan dalam salah satu halaman. Harry, Ron, dan Hermione pernah melihat simbol yang sama itu digunakan oleh Xenophilius Lovegood, ayah dari kawan mereka, Luna Lovegood. Xenophilius memberi tahu mereka bahwa simbol itu adalah simbol dari Relikui Kematian. Ia bertanya apakah mereka mengetahui Kisah Tiga Saudara (The Tale of the Three Brothers). Hermione menanggapi bahwa kisah itu terdapat dalam The Tales of Beedle the Bard dan membukakan halaman di mana simbol tersebut digoreskan
Kisah yang ditemukan dalam buku kuno itu menceritakan tentang tiga laki-laki kakak beradik yang hendak menyeberangi sebuah sungai yang terlalu dalam dan terlalu berbahaya untuk direnangi. Tetapi karena mereka adalah para penyihir yang hebat, mereka menyihir sebuah jembatan yang menyeberangi sungai itu. Di tengah-tengah jembatan, mereka menemukan sebuah seseorang berkerudung, yakni Sang Maut itu sendiri. Sang Maut menjadi murka karena ketiga bersaudara yang pandai itu melewati sungai itu tanpa terluka sementara orang-orang sebelumnya yang berusaha melalui sungai itu semuanya tenggelam. Sang Maut berpura-pura mengucapkan selamat kepada para penyihir itu dan memberi tahu bahwa setiap dari mereka layak mendapatkan hadiah atas sihir mereka yang mengagumkan.
Saudara yang tertua, yang suka bertempur, meminta tongkat sihir tak terkalahkan yang layak untuk seorang penyihir yang telah mengalahkan Sang Maut. Untuk memenuhinya, Sang Maut mengambil ranting pohon Elder dan menciptakan sebuah tongkat sihir yang diberikannya kepada saudara tertua. Saudara yang kedua, yang angkuh, bermaksud mempermalukan Sang Maut lagi dan meminta kekuatan untuk memanggil yang telah mati. Sang Maut mengambil sebuah batu dari tepi sungai dan memberi tahu bahwa batu itu memiliki kekuatan kebangkitan. Saudara yang ketiga adalah yang paling rendah hati, paling bijaksana, dan tidak mempercayai Sang maut. Ia meminta sesuatu yang dapat membuatnya bepergian tanpa bisa diikuti Sang Maut. Jadi Sang Maut dengan sangat segan memberikan Jubah Gaib kepada saudara yang ketiga.
Setelah beberapa waktu, ketiganya berpisah dan pergi dalam pertualangan mereka masing-masing. Saudara yang tertua bertempur dalam duel yang selalu dimenangkan, membanggakan tongkat sihir yang didapatkannya dari Sang maut. Suatu malam, ketika ia sedang tidur, seorang penyihir yang iri hati mengendap-endap dan menggorok lehernya, lalu mengambil tongkat sihir itu untuk dirinya sendiri. Saudara yang pertama pun jatuh ke tangan Sang Maut. Saudara yang kedua memiliki sebuah rumah dan tinggal di sana sendirian. Ia mengambil batu itu suatu hari dan memutarkannya tiga kali di tangannya. Seorang wanita yang dicintainya, tapi telah meninggal dunia, muncul di sisinya. Wanita itu terpisahkan dari dunia kematian, sedih dan dingin. Saudara yang kedua menjadi gila dan membunuh dirinya sendiri untuk menyusul wanita yang dicintainya. Saudara yang kedua pun jatuh ke tangan Sang Maut. Namun demikian, Sang Maut tidak pernah menemukan saudara yang ketiga sampai ia melepaskan Jubahnya dan memberikannya pada putranya. Sang Maut pun muncul di sisi saudara yang ketiga yang menyambutnya sebagai kawan lama dan mereka pun meninggalkan dunia dengan sederajat.

Setelah Hermione melihat simbol Relikui Kematian di makam Ignotus Peverell di Godric's Hollow dan Harry teringat akan Cincin Marvolo Gaunt yang memiliki lambang Peverell, mereka menyadari bahwa ketiga bersaudara tersebut adalah keluarga Peverell: Antioch (yang tertua), Cadmus (yang kedua), dan Ignotus (yang bungsu). Harry percaya bahwa ia adalah keturunan dari Ignotus sendiri karena Jubah itu diwariskan di dalam keluarganya. Belakangan, hal ini dibenarkan oleh roh Albus Dumbledore yang muncul kepada Harry pada akhir novel ini. Alasan yang sama menyimpulkan bahwa Voldemort, dari Keluarga Gaunt, adalah keturunan dari Cadmus. Rowling telah membenarkan bahwa Harry dan Voldemort memang berhubungan dengan keluarga Peverell dalam sebuah wawancara, sebagaimana umumnya banyak keluarga-keluarga penyihir memiliki leluhur yang sama.

~Penanya: Setelah membaca mengenai pemilik asli Relikui Kematian, Peverell bersaudara, saya ingin tahu apakah Harry dan Voldemort bersaudara jauh: karena kakek Voldemort mewarisi cincin bertakhtakan Batu Kebangkitan?
~J.K. Rowling: Ya, Harry dan Voldemort memiliki sedikit pertalian saudara melalui keluarga Peverell. Tentu, hampir semua keluarga penyihir memiliki pertalian jika kita menelusuri mereka selama berabad-abad. Sebagaimana dijelaskan dalam buku Relikui Kematian, Peverell bersaudara menurunkan banyak keluarga penyihir.

J.K. Rowling mengungkapkan dalam sebuah wawancara bahwa judul novelnya sebelum dinamai Relikui Kematian direncanakan Harry Potter and the Peverell Quest. Di sepanjang novel, banyak penyihir berusaha menemukan ketiga benda sihir Relikui Kematian, seperti diceritakan oleh Xenophilius. Tapi rupanya tidak banyak yang sukses menemukannya. Lagi pula, mereka tidak memiliki bukti di mana letaknya benda-benda tersebut dan sama sekali tidak memiliki bukti bahwa legenda ini memang benar-benar ada.

Tongkat Elder (Elder Wand)

Tongkat Elder, yang melegenda sepanjang sejarah sebagai "Tongkat Kematian" atau "Tongkat Takdir", adalah tongkat sihir yang sangat kuat yang dibuat dari kayu pohon elder. Kemungkinan, tongkat ini adalah tongkat yang paling kuat yang pernah ada, dan bila digunakan oleh pemiliknya yang sah, ia kemungkinan tidak dapat dikalahkan dalam duel. Sebagaimana biasanya tongkat-tongkat sihir lainnya, Tongkat ini pun tidak akan mengizinkan dirinya digunakan untuk mencelakai pemiliknya yang sah. Kepemilikan tongkat sihir pun merupakan hal yang rumit. Sebagaimana dinyatakan oleh pembuat tongkat sihir Ollivander, kepemilikan suatu tongkat sihir hanya dapat dipindahkan secara tepat. Tongkat ini akan menundukkan diri kepada seorang pemilik yang baru, jika pemilik lamanya dikalahkan, dilucuti, dipingsankan, atau dibunuh. Hal ini dapat terjadi baik melalui duel sihir maupun melalui jalan non-sihir (membunuh seperti Muggle, misalnya). Jika pemilik tongkat meninggal tanpa dikalahkan, maka kekuatan tongkat sihir akan padam juga karena kekuatan itu tidak pernah dimenangkan dari pemiliknya.
Setelah menyombongkan tongkat sihirnya yang tak terkalahkan, Antioch Peverell tewas terbunuh ketika tidur oleh seorang musuh yang menginginkan tongkat itu. Sejak itu, tongkat sihir ini berpindah-pindah tangan di antara para penyihir yang haus kekuasaan. Setelah melalui beberapa masa, tongkat itu jatuh ke tangan Gregorovitch, seorang pembuat tongkat sihir Bulgaria. Gregorovitch berkoar mengenai Tongkat Elder yang dimilikinya untuk menaikkan popularitasnya ketika ia menghadapi persaingan dengan Ollivander. Ia berusaha mengungkapkan rahasia kedigdayaan Tongkat itu. Tongkat Elder kemudian jatuh ke tangan Gellert Grindelwald, yang mencurinya dari pembuat tongkat sihir yang terkenal itu. Tidak diketahui apakah Gregorovitch berhasil mengungkapkan rahasia Tongkat itu tapi ia mendapatkan reputasi terkenal di Eropa. Grindelwald kemungkinan memingsankan Gregorovitch ketika ia mencuri tongkat itu, karena Grindelwald mendapatkan kesetiaan tongkat itu. Kepemilikan Tongkat Elder kemudian berpindah ke Albus Dumbledore ketika ia mengalahkan Grindelwald. Dalam novel, Rowling tidak pernah secara eksplisit menuliskan bagaimana Grindelwald menjadi pemilik yang sah atas Tongkat Elder.
Ketika Dumbledore merencanakan kematiannya dengan Severus Snape, ia memaksudkan agar Snapelah yang mendapatkan Tongkat Elder tersebut. Dalam skenario ini, karena kematiannya bukan hasil dikalahkan, Dumbledore berharap agar dengan demikian kekuatan tongkat itu pun akan turut padam mengikuti kematiannya. Namun demikian, karena Draco Malfoy melucuti Dumbledore, maka rencana ini gagal dan Draco menjadi pemilik baru dari tongkat itu tanpa menyadarinya. Setelah kematian Dumbledore, tongkat ini diletakkan di dalam makam putihnya. Voldemort kemudian membuka makam tersebut dan mencuri tongkat itu menjadi miliknya. Belakangan ia menyadari bahwa ia tidak menjadi pemilik sesungguhnya dari tongkat itu karena ia tidak mengalahkan pemilik sebelumnya. Ia salah mengira bahwa tongkat itu telah menjadi milik Snape, karena Snapelah yang membunuh Dumbledore. Hak atas tongkat itu kemudian berpindah kepada Harry setelah ia melucuti Draco, walaupun Draco belum pernah sekalipun memegang Tongkat Elder itu.
Voldemort meluncurkan empat kali Kutukan Pembunuh kepada Harry, tetapi setiap kali selalu mengalami kegagalan. Kutukan Pembunuh yang pertama gagal, menurut Dumbledore, dikarenakan pengorbanan diri Lily Potter untuk melindungi Harry, dan setelahnya Harry menjadi Horcrux secara tidak sengaja. Kutukan yang kedua terjadi dalam buku keempat, ketika kedua inti tongkat melindungi Harry dan memberikan waktu kepada Harry untuk melarikan diri. Dalam kutukan pembunuh yang ketiga, Tongkat Elder menghancurkan bagian jiwa Voldemort yang berada dalam Harry (Voldemort tidak dapat membunuh Harry, tapi ia dapat menghancurkan bagian dari dirinya sendiri). Kutukan Pembunuh yang ketiga ini merobohkan Harry hingga ia masuk ke kondisi seperti-mati untuk beberapa saat, di mana ia mendapatkan pilihan untuk "terus melanjutkan" ke kehidupan setelah kematian, atau kembali ke dunia, dan ia memilih kembali. Kutukan Cruciatus Voldemort, yang digunakan terhadap Harry ketika Voldemort mengira bahwa ia telah tewas, tidak menyebabkan kesakitan atas Harry. Dalam pertempuran terakhir, Tongkat Elder mengenali tuannya yang sesungguhnya dan ketika menghadapi mantera Expelliarmus dari Harry, tongkat itu menyebabkan kutukan pembunuh terakhir Voldemort berbalik dan membunuh dirinya sendiri. Harry adalah pemilik yang sejati dari tongkat itu dan tongkat itu tidak dapat menyakitinya.
Harry belakangan mempergunakan Tongkat Elder untuk memperbaiki tongkatnya sendiri yang telah patah. Tindakan ini sebetulnya dianggap mustahil menurut Ollivander.
Rowling mengungkapkan dalam salah satu wawancaranya bahwa salah satu judul yang dipertimbangkan sebelum Harry Potter dan Relikui Kematian adalah Harry Potter and the Elder Wand
Harry bermaksud mengembalikan tongkat itu ke makam Dumbledore dan bermaksud agar jika ia meninggal secara alami, maka kekuatan tongkat itu akan turut padam.

Batu Kebangkitan (Resurrection Stone)

Batu Kebangkitan memiliki kekuatan bagi pemiliknya untuk melihat dan berkomunikasi dengan mereka yang sudah meninggal. Menurut dongeng mengenai asal usul Relikui Kematian, setelah mempergunakan Batu Kebangkitan, pemilik aslinya, Cadmus Peverell, membunuh dirinya sendiri setelah melihat tunangannya yang telah meninggal tapi tidak sungguh-sungguh bersama-sama dengannya. Setelah beberapa waktu, batu itu menjadi milik Marvolo Gaunt dalam bentuk cincin. Baik Albus Dumbledore dan Gellert Grindelwald menginginkan batu tersebut, tapi untuk alasan yang berbeda. Sementara Dumbledore menginginkannya untuk berkomunikasi dengan keluarganya yang telah meninggal, Grindelwald bermaksud menggunakannya untuk membuat tentara Inferi. Voldemort mengubah cincin itu menjadi sebuah Horcrux, tanpa menyadari kemampuan sihir dari batu yang bertahta pada cincin tersebut. Batu ini kemudian digunakan terakhir oleh Harry Potter sebelum ia menghadapi Lord Voldemort.
Dumbledore menemukan cincin tersebut di antara reruntuhan rumah keluarga Gaunt, dan dengan segera menyadari bahwa benda itu adalah horcrux sekaligus salah satu dari ketiga Relikui Kematian. Karena kegairahannya akan penemuan Batu Kebangkitan itu, Dumbledore melupakan bahwa Horcrux itu kemungkinan besar telah dikutuk. Dimotivasi oleh hasrat terdalamnya, ia segera mencoba mempergunakan Batu itu untuk berbicara dengan keluarganya yang telah meninggal. Namun demikian, kutukan yang terdapat pada horcrux itu merusakkan lengannya dan mulai menyebar ke seluruh tubuhnya. Walaupun penyebaran itu berhasil dilokalisasi oleh Severus Snape di sebatas lengannya yang rusak dan menghitam saja, Dumbledore sama saja telah dihukum mati, hanya memiliki kemungkinan satu tahun untuk hidup. Sebelum meminta pertolongan Snape, Dumbledore telah menghancurkan terlebih dahulu Horcrux tersebut, dengan menggunakan pedang Godric Gryffindor. Batu itu kemudian diwariskan kepada Harry dalam wasiat Dumbledore, tersembunyi dalam Golden Snitch, yang ditangkap Harry dalam pertandingan Quidditch pertamanya. Snitch ini menampakkan sebuah pesan "Aku membuka pada akhirnya" ketika bersentuhan dengan bibir Harry. Harry tidak dapat membuka Snitch hingga akhirnya ketika ia hendak mengorbankan dirinya untuk dibunuh oleh Voldemort, ia menyadari bahwa "akhirnya" berarti kematian. Ketika ia membisikkan, "Aku sedang menuju kematian", Snitch itu membuka dan memperlihatkan Batu Kebangkitan di dalamnya. Harry menggunakan batu itu untuk memanggil orang tuanya, Sirius Black, dan Remus Lupin yang menenangkan dirinya sebelum ia menemui Voldemort.
Batu tersebut tergelincir dari jari-jari Harry yang kebas di Hutan Terlarang. Ia dan lukisan Dumbledore belakangan setuju bahwa Harry tidak akan mencari kembali batu itu ataupun memberi tahu orang lain di mana batu itu berada, guna mencegah ketiga Relikui Kematian disatukan kembali oleh seorang penyihir. Dalam sebuah wawancara, Rowling mengatakan bahwa ia lebih suka mempercayai bahwa salah satu centaurus menginjak batu itu dan menyebabkannya terkubur untuk selamanya. Dengan demikian, batu itu kemungkinan tidak akan pernah ditemukan lagi di Hutan Terlarang.

Jubah Gaib (Cloak of Invisibility)

Dalam legenda sihir, Jubah Gaib memiliki kekuatan untuk menutupi penggunanya dari penglihatan Sang Maut. Jubah Gaib ini adalah jubah gaib yang sejati yang tidak dapat lekang oleh waktu maupun mantera, seperti jubah gaib biasa lainnya yang digambarkan dalam dunia Harry Potter yang ditenun dari rambut makhluk gaib yang dikenal seperti Demiguise, yang dapat menjadi buram seiring waktu dan mudah dirusak oleh beragam mantera. Jubah ini pada mulanya dimiliki oleh Ignotus Peverell yang dimakamkan di Godric's Hollow, dan diwariskan turun-temurun hingga kepada James Potter dan, akhirnya kepada Harry Potter, yang akhirnya menemukan bahwa dirinya adalah keturunan Ignotus. Jubah ini tidak sedang dipegang oleh James Potter ketika ia terbunuh; karena sebelumnya telah dipinjamkannya kepada Dumbledore yang memiliki ketertarikan besar akan Relikui Kematian. Ketika ia menyadari bahwa James Potter kemungkinan memiliki Jubah Gaib legendaris itu, ia meminjamnya untuk "mempelajarinya". Pada akhir Buku ke-7, Dumbledore menjelaskan kepada Harry bahwa sihir sejati Jubah itu dapat melindungi baik pemilik maupun orang lainnya, sebagaimana yang dialami Harry dan kawan-kawannya sepanjang seri ini.
Ular tidak dapat melihat mereka yang ada dibalik Jubah Gaib, tapi mereka dapat merasakan pergerakan dan panas tubuh, sehingga dapat mendeteksi orang yang bersembunyi. Pengguna Jubah Gaib juga dapat dideteksi menggunakan mantera "Homenum Revelio". Dalam Harry Potter dan Piala Api, "Mad-Eye Moody" palsu juga dapat melihat Harry ketika ia mempergunakan Jubah Gaib, dengan menggunakan mata ajaib Moody yang asli.
Harry memutuskan Jubah Gaib sebagai satu-satunya Relik yang akan disimpannya, dan bermaksud untuk mewariskannya kepada keturunannya.

Pada mulanya, dipercayai bahwa ketiga Relikui Kematian dan Horcrux adalah benda-benda sihir yang dapat memperdayakan kematian. Namun demikian, Dumbledore memberi tahu Harry pada akhir novel ini, Harry Potter dan Relikui Kematian, bahwa meskipun Relikui Kematian menjadikan pemiliknya "menguasai kematian", ketiga benda itu tidaklah menjadikan pemiliknya hidup abadi. Justru, mereka yang "menguasai kematian" di sini sebetulnya adalah mereka yang tidak takut menghadapi kematian dan mereka adalah orang-orang yang sadar sepenuhnya bahwa setiap orang pada akhirnya harus mati.

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Relikui_Kematian

Minggu, 15 Agustus 2010

Qi Xi Jie (Kisah Niu Lang Zhi Nu) - Chinese Valentine Day



Perayaan Qi Xi Jie dirayakan pada tanggal 7 bulan 7 penanggalan Lunar / Imlek. Pada tahun 2010 ini perayaan Qi Xi Jie jatuh pada hari ini, tanggal 16 Agustus 2010.Perayaan ini dilatar belakangi kisah Niu Lang (Qian Niu Xing/Bintang Penuntun Kerbau/Altair) dan Zhi Nu (Zhi Nu Xing / Bintang Gadis Penenun / Vega). Pada malam itu, apabila kalian sedang dibumi bagian utara, kalian akan melihat sebuah sungai langit yang terdiri dari ribuan bintang (Bima Sakti) melintasi langit malam dan membagi langit menjadi dua...Kalian juga akan melihat 2 buah bintang yang besar bercahaya kelap-kelip diantara sungai langit itu. kedua bintang itu adalah Altair(Qian Niu Xing) dari rasi Lyra dan Vega(Zhi Nu Xing) dari rasi Aquilla, seolah kedua bintang itu saling memandangi dari kejauhan.

Menurut legenda, pada malam hari ketujuh di bulan ketujuh dalam kalender Tiongkok, Si pengembala sapi Niu Lang dan Bidadari Khayangan akan bertemu di galaksi Bima Sakti melewati jembatan yang dibentuk oleh burung-burung walet. Mereka hanya sekali setahun bertemu. Kisah ini telah lama beredar diberbagai kalangan masyarakat Tiongkok.

Bidadari adalah putri bungsu Raja Khayangan, dia terampil menenun berbagai pola yang indah dan pandai mewarnai. Bila Anda melihat langit terang benderang dan terdapat tujuh warna pelangi, itu pasti berasal dari tangan-tangan terampil Bidadari tersebut.

Niu Lang adalah seorang pengembala sapi yang dilahirkan dalam sebuah keluarga miskin di selatan Tiongkok. Orangtuanya meninggal saat ia masih muda, dan tumbuh dewasa dengan berbagai kesulitan. Dia tinggal sendirian dan memelihara sapi untuk mencari nafkah. Dia jujur, baik dan rajin, tapi karena miskin, ia belum menemukan seorang perempuan yang mau diajak menikah.

Suatu hari, ketika mengembala sapi di padang rumput, Niu Lang melihat sembilan bidadari khayangan turun ke tepi sungai. Sambil bersembunyi di balik pohon dia mengawasi para bidadari tersebut. Para bidadari melepaskan pakaian warna-warni mereka, meletakkanya di tepi sungai, dan mulai bermain di air. Niu Lang terpana pada kecantikan mereka, terutama pada bidadari yang paling muda, matanya melihat tanpa berkedip.

Seekor sapi yang ia pelihara selama bertahun-tahun, tiba-tiba berbicara dengannya dan berkata, "Dia adalah Bidadari Khayangan. Jika Anda menyembunyikan pakaiannya, dia tidak dapat kembali, ia tetap disini dan akan menikah dengan Anda. " Mendengar itu Niu Lang bergegas mengambil dan menyembunyikan pakaian Bidadari tersebut.

Beberapa saat kemudian, ketika para bidadari selesai mandi dan bersiap pergi, Bidadari paling muda tertinggal di belakang. Dia mencari pakaiannya tapi tidak berhasil menemukanya, dia bingung dan akhirnya tidak dapat kembali ke khayangan. Waktu untuk kembali ke khayangan telah berlalu, Niu Lang kemudian muncul dari balik pohon dan dia menyerahkan pakaian milik bidadari tersebut.

Niu Lang mengajak bidadari menikah dengannya. Walaupun tidak senang karena telah 
meyembunyikan pakaian, ia melihat bahwa Niu Lang seorang pria yang baik, jadi dia setuju untuk menikah dengannya.

Niu Lang dan Bidadari menjalani hidup bahagia. Mereka saling mencintai dan 
menghormati, dan mereka berdua bekerja keras. Bidadari berbaik hati dengan 
mengubah rumah sederhana Niu Lang menjadi rumah yang indah dan penuh dengan kehangatan

Dua tahun cepat berlalu, Bidadari telah melahirkan dua anak, laki-laki dan perempuan.

Waktu dua tahun di bumi, di khayangan hanyalah sebentar. Begitu para bidadari lainya kembali ke khayangan, Raja Khayangan menemukan putri bungsunya telah hilang. Dia melihat putrinya telah menikah dengan seorang manusia di bumi. Dia marah, dan meminta Ratu Khayangan memimpin tentara khayangan membawa putri bungsunya kembali.

Di bumi, langit tiba-tiba menjadi gelap dan angin mulai menderu. Sesaat kemudian, tentara khayangan muncul dan mengambil Bidadari.

Walaupun sudah mengira hari ini akan datang, Niu Lang tetap terkejut, dan ia menjadi putus asa. Menempatkan masing-masing anaknya dalam keranjang dan membawa kedua keranjang dengan tongkat panjang, Niu Lang berlari setelah tahu ada pasukan yang mengambil istrinya, Dia mencoba untuk meraih istrinya. Para tentara harus membawa Bidadari naik ke khayangan, Niu Lang menemukan dirinya naik dengan mereka. Dia hendak maju tapi jarak antara dia dan istrinya telah dibatasi.

Setelah kejadian itu, Ratu Khayangan melemparkan jepit rambut emas ke arah 
Niu Lang. Jepit itu dengan cepat tiba-tiba berubah menjadi sebuah sungai, memisahkan Niu Lang dan istrinya. Sungai ini kemudian disebut sebagai Bima Sakti.

Niu Lang dan istrinya saling memandang dengan bergelimang air mata, mereka ingin sekali tetap bersatu. Tergerak oleh cinta mereka yang tulus, burung-burung walet membentuk sebuah jembatan di atas sungai khayangan.

Ratu Khayangan melihat Bidadari dan Niu Lang saling mencintai. Ia membiarkan mereka untuk bertemu setahun sekali, di malam ketika mereka dipisahkan yaitu pada hari ketujuh di bulan ketujuh.

Saat malam, pada hari ketujuh di bulan ketujuh, Anda akan menemukan sangat 
banyak burung-burung walet, karena mereka naik untuk membentuk jembatan khayangan. Jika angin tenang, Anda mendengarkan dengan cermat, mungkin Anda dapat mendengar suara Niu Lang dan Bidadari mengungkapkan cinta dan kerinduan mereka...



Beberapa puisi2 untuk mengenang mereka:

Bintang Gembala nun jauh disana

Bintang Gembala nun jauh disana,
Cemerlang bintang gadis penenun.
Si tangan putih terus bekerja,
diatas alat penenun.
Tenun belum selesai,
deras air matanya.
Tampak jelas sungai bintang,
kapan kembali bersua?
Terpisah derasnya sungai,
hanya memandang penuh cinta...

-Sembilan Belas Puisi Lama-


Dewa di jembatan burung jalak

Rajutan awan menggolak lukisan,
layang bintang menebar penyesalan,
samar melintasi Bima Sakti yang tanpa tepian.
Sekali bersua dalam angin emas embun perak,
telah melebihi berulang bertemu di bumi insan.
Cinta yang lembut selaksana air,
hari yang bahagia bagaikan mimpi,
tak kuasa menengok jembatan jalak ditengah jalan abadi.
Apabila cinta dikedua hati adalah kekal abadi,
masihkah kehadiran dihitung setiap senja setiap pagi?

Qin Guan(1049-1100)

Ilustrated by: Wang'ZW (Do not copy without my permission)